Sukses

PMS, Gangguan Bulanan yang Menyiksa Wanita

Berbagai gejala yang ditimbulkan saat perempuan mengalami PMS seperti mudah marah, depresi dan sebagainya.

Liputan6.com, Jakarta PMS atau Prementual Syndrome kadang menjadi hal yang cukup mengganggu bagi wanita. Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah yang sering digunakan saat wanita sedang datang bulan. Berbagai gejala yang ditimbulkan saat perempuan mengalami PMS seperti mudah marah, depresi dan sebagainya. 

Tapi jangan sampai Anda dikendalikan oleh PMS. Seperti yang dilansir oleh Mayoclinic, Kamis (10/7/20140, salah satu cara agar Anda tidak dikendalikan oleh gejala-gejala PMS yang dapat mengganggu kegiatan Anda adalah dengan melakukan penyesuaian gaya hidup Anda.


Deskripsi


Prementual Syndrome adalah kumpulan gejala fisik, psikologi dan emosi yang berhubungan dengan siklus mentruasi wanita. Gejala-gejala yang ditimbulkan seperti perubahan suasana hati, mudah marah, depresi, ngidam makanan dan kelelahan.

Diperkirakan 3 dari 4 wanita mentruasi mengalami Prementual Syndrome. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua wanita mengalami PMS.

2 dari 3 halaman

Gejala & Penyebab


Gejala


Tanda dan gejala umum yang sering dialami oleh wanita, yaitu:


1. Kecemasan
2. Perasaan depresi
3. Perubahan suasana hati
4. Mudah marah
5. Perubahan nafsu makan
6. Ngidam makanan
7. Sulit tidur (insomnia)
8. Menarik diri dari kehidupan sosial
9. Sulit berkonsentrasi


Selain adanya gejala psikologi yang dirasakan, ada juga gejala fisik yang ditimbulkan, yaitu:


1. Nyeri sendi dan otot
2. Sakit kepala
3. Perut kembung
4. Nyeri payudara
5. Berat naik
6. Berjerawat
7. Sembelit atau diare


Walaupun ada banyak tanda dan gejala yang ditimbulkan yang telah disebutkan, tapi sebagian besar wanita memiliki pengalaman PMS hanya beberapa dari gejala tersebut. Beberapa wanita akan merasa sakit fisik dan stres yang cukup parah dan dapat memengaruhi rutinitas dan aktivitas.

Ada istilah lain dari beberapa wanita yang mengalami PMS yaitu, premenstrual dysphoric disorde (PMDD). PMDD adalah bentuk PMS yang parah dengan gejala seperti depresi berat, putus asa, kemarahan, kecemasan, rendah diri, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung dan ketegangan. Bahkan wanita yang mengalami PMS parah memilki gangguan kejiwaan yang mendasarinya.

 

Penyebab


Berikut beberapa penyebab dari Premenstrual Syndrome, yaitu:


1. Cyclic change in hormones

Perubahan siklus hormon akan menimbulkan tanda dan penyebab PMS dengan adanya peningkatan hormon akan hilang saat hamil dan menopouse.


2. Chemical change in the brain

Terjadi perubahan kimia di otak. Adanya naik turun hormon serotin (hormon pemberi senang dan nyaman), zat kimia otak (neurotransmitter) yang memegang peran penting dan bisa memicu gejala PMS. Jumlah hormon serotin akan menyebabkan pramentruasi depression, kelelahan, mengidam makanan dan masalah tidur.

3. Depression

Beberapa wanita yang mengalami PMS parah telah terdiagnosa depresi.

4. Stress

Stres akan memperburuk PMS Anda

5. Poor eating habits

Kebiasaan makan yang buruk merupakan gejala PMS yang terkait dengan rendahnya vitamin dan mineral. Dengan mengonsumsi makanan asin dan minuman beralkohol atau kafein akan menyebabkan gangguan suasana hati.

3 dari 3 halaman

Pengobatan

Pengobatan


Terdapat beberapa obat obat yang diresepkan untuk menghilangkan gejala PMS, seperti:


1. Antidepresan

Untuk mengurangi rasa lelah, ngidam makanan dan masalah tidur. Obat ini umumnya diminum setap hari tapi penggunaannya terbatas seperti dua minggu sebelum mentruasi dimulai.

2. Nonsteroid anti-inflammantory drugs (NSAIDs)

Obat ini diminum untuk meringankan keram dan ketidaknyamanan yang terasa di daerah payudara

3. Diurectics

Untuk mengurangi nyeri saat PMS

4. Oral contraceptives

Obat ini akan menstabilkan hormon yang akan membentuk gejala PMS

5. Medroxyprogesterone acetate (Depo-Provera)

Digunakan pada wanita dengan PMS parah atau PMDD berguna untuk mengehentikan ovulasi sementara. Obat ini akan menyebabkan tanda-tanda PMS seperti peningkatan nafsu makan, berat badan naik, sakit kepala dan perasaan depresi. (Rima Wahyuningrum/Igw)

Video Terkini