Liputan6.com, Jakarta Penelitian dengan tikus memperlihatkan, konsumsi vitamin C yang tinggi dapat membantu efek stres kronis dengan cara merintangi pelepasan hormon stres, yang berarti mencegah hormon-hormon ini menggerogoti respon kekebalan. Â
"Pada saat stres kronis kita mungkin membutuhkan lebih banyak vitamin C," ujar kepala peneliti Dr. P. Samuel Campbell, dari the University of Alabama di Huntsville, AS, seperti dikutip Reuters, Rabu (13//8/2014).
Ditambahkan, penelitian terdahulu sudah memperlihatkan, stres dapat merusak respon kekebalan tubuh, sekaligus menginkatkan risiko infeksi pada luka. Untuk mengetahui apakah penambahan vitamin C mampu melawan efek stres yang merusak, peneliti memberi tikus-tikus 100 mg atau 200 mg vitamin C setiap hari selama tiga minggu - suatu dosis yang setara dengan beberapa gram vitamin C bagi manusia.
Pada saat yang sama, para peneliti menempatkan tikus-tikus dalam keadaan stres secara emosional dengan membuat mereka tidak bisa bergerak sepanjang satu jam setiap hari.
Seperti yang diduga, contoh darah tikus-tikus itu memperlihatkan peningkatan kadar antibodi. Dan bersamaan dengan itu kadar darah tikus yang diberi 200 mg vitamin C memperlihatkan hormon kortisol stres yang lebih rendah dari yang seharusnya.
Temuan itu memiliki implikasi penting untuk pencegahan sakit yang berkaitan dengan stres pada para atlet dan siapa saja yang bergelut dengan stres fisik cukup tinggi. Dr. Campbell menambahkan, "Seseorang yang menderita stres emosional," juga dapat memperoleh manfaat dari peningkatan konsumsi vitamin C.
Advertisement