Liputan6.com, Jakarta Sejak tahun 1997 American Academy of Pediatric (AAP) dan Centers For Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan pemberian IPV (Inactived Poliomyelitis Vaccine) atau vaksin suntik untuk imunisasi rutin pada semua bayi di Amerika Serikat. Sejak itu dilaporkan Kejadian Ikutan Paska Imunsasi Polio sangat menurun.
Sementara itu penggunaan vaksin oral masih dilakukan di Indonesia karena biayanya murah. Berbeda dengan vaksin oral (Oral Polio Vaccine) yang dibuat dari virus liar hidup yang dilemahkan, vaksin IPV dihasilkan dengan membiakkan virus dalam media pembiakan kemudian dibuat tidak aktif.
"Alasannya, karena virus hidup memang hanya untuk negara berkembang, dan virus mati untuk negara maju yang sudah terbebas dari endemi polio," kata Afiono Agung Prasetyo, dr., Ph.D ditulis Rabu (20/8/2014).
Advertisement
Menurut Afiono, virus liar hidup yang dilemahkan masih dapat mengifensi saluran cerna meski hanya sejenak karena tubuh langsung membentuk antibodi.
"Menginfeksi artinya tidak menyebabkan sakit. Karena dia menginfeksi, maka tubuh akan berespons seperti saat terinfeksi secara alami. Nantinya, saluran cerna kita memiliki antibodinya sendiri," kata Afiono menambahkan.
Bila sudah memiliki antibodi di saluran cerna, suatu hari ketika kemasukan virus polio, virus tidak bisa menempel di saluran cerna. "Sebab, virus akan dianggap netral oleh antibodi, dan tidak akan dapat menginfeksi," kata Afiono.
Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Kerjasama Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) menjelaskan, keuntungan lainnya yang akan didapat ketika virus menginfeksi saluran cerna adalah akan menghasilkan virus polio baru (infeksius) yang keluar melalui feses (Kotoran).
"Nantinya, akan dapat menginfeksi orang lain. Kalau seseorang belum divaksin dan dia kemasukan virus polio, tubuh akan kebal. Sehingga, kalau nanti dia kemasukan virus polio lagi, dia pun sudah kebal," kata Afiono
Saat memberikan materi di `School of Vaccine Journalist` yang diadakan di Gedung Pers Lantai 6, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Afiono menyatakan, jika nanti Indonesia sudah dinyatakan terbebas dari endemi polio, kita pun cukup melakukan kekebalan di bagian darah.
Ketika virus polio menyebar dari saluran cerna dan sebelum menempel di saraf, antibodi yang ada di dalam tubuh akan memblokir, yang membuat sel saraf tetap aman. Sebab, kalau sudah masuk ke dalam saraf, kita tidak berbuat apa-apa.
"Dengan kata lain, vaksinasi polio sangatlah penting. Dewasa mungkin tidak begitu, tapi anak-anak harus diberi vaksin," kata Afiono.