Liputan6.com, Jakarta Bukan hanya risiko medis yang harus ditanggung seorang wanita hamil yang terpaksa melakukan terminasi atau aborsi melainkan juga trauma. Oleh sebab itu, penanganan prosedur aborsi perlu dilakukan oleh spesialis.
Begitu disampaikan ahli kandungan, dr Ivan Rizal Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG saat diwawancarai Liputan6.com, ditulis Kamis (4/9/2014).
Baca Juga
Menurut Ivan, ada banyak risiko kesehatan yang bisa membahayakan ibu jika aborsi tidak dilakukan oleh ahlinya. Seperti misalnya perdarahan, infeksi, trauma rahim, penyakit usus yang berujung pada kematian.
Advertisement
"Kalau dilakukan oleh orang-orang yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, kemungkinan paling tinggi adalah risiko perdarahan dan trauma rahim yang membuat seorang wanita sulit hamil," kata dokter yang berpraktik di RS Bunda, Jakarta tersebut.
Belum lagi, kata Ivan, risiko depresi dan kecemasan yang membuat seorang wanita akan terganggu kejiwaannya. "Saya rasa risiko ini paling penting sebelum ibu hamil memutuskan untuk aborsi."
"Angka kematian yang tinggi bisa jadi alasannya karena proses kelahiran yang tidak aman. Apalagi jika kita bicara mengenai kondisi ibu yang mengalami tekanan darah tinggi, jantung atau diabetes. Dukun aborsi tidak akan mampu," jelasnya.