Sukses

Minimnya Ahli Saluran Cerna di Indonesia

Secara keseluruhan, jumlah ahli endoskopi di Indonesia itu masih jauh sekali tertinggal dibandingkan negara maju

Liputan6.com, Jakarta Hampir 40 tahun lalu Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI) melakukan tindakan endoskopi saluran cerna di Indonesia. Namun sampai Juni 2014, jumlah dokter ahli yang kompoten pada bidang tersebut baru 560 orang.

"Sayangnya, dari 560 orang itu hanya 10 sampai 15 persen yang bisa melakukan tindakan endoskopi tahap lanjut," kata Dr. dr. Dadang Makmun, SpPD-KGEH, FCG pada acara

Dijelaskan Dadang, ada perbedaan antara prosedur endoskopi dasar dengan prosedur endoskopi lanjutan. Tindakan endoskopi dasar hanya untuk keperluan diagnostik saja.

"Sedangkan pada endoskopi lanjutan, sekaligus dilakukan terapi. Misalnya, untuk menghentikan pendarahan saluran cerna. Jika terjadi pendarahan di saluran cerna, dilakukan pemasangan klip pada sumber perdarahan," kata dia.

Selain untuk penyakit lambung yang berhubungan dengan produksi asam lambung seperti mag dan GERD, tindakan endoskopi saat ini yang juga banyak dilakukan untuk kasus obstruksi saluran empedu yang disebabkan batu empedu, tumor pankreas, atau akibat tumor saluran empedu. "Tapi, sebagian besar akibat batu empedu. Gejala yang timbul itu kuning, disertai dengan peradangan, demam, nyeri perut, dan sebagainya," kata Dadang menerangkan.

Maka itu, terang Pengurus Besar Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI), pihaknya perlu meningkatkan jumlah dokter di Indonesia, khususnya ahli penyakit dalam yang bergelut pada bidang saluran cerna, untuk belajar endoskopi tahapan lanjut ini.

"Secara keseluruhan, jumlah ahli endoskopi di Indonesia itu masih jauh sekali tertinggal dibandingkan negara maju," kata Dadang.

"Misalnya saja di Jepang. Saat ini, ada lebih dari 30.000 ahli endoskopi saluran cerna. Padahal, jumlah penduduknya tidak lebih dari setengah penduduk di Indonesia," kata Dadang menerangkan.

Video Terkini