Liputan6.com, Jakarta Sebagai Rumah Sakit rujukan nasional yang menangani pasien kanker, RS Kanker Dharmais ternyata masih kewalahan untuk masalah tempat tidur. Pasalnya, waiting list pasien saja per harinya mencapai 100-400 tempat tidur.
Seperti disampaikan Direktur Utama RS Kanker Dharmais dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk, M.Epid bahwa kekurangan tempat tidur ini tentu memengaruhi efektifitas seperti kemoterapi.
"Pasien kemo yang tidak ada tempat, terpaksa cari tempat lain. Ini yang dikhawatirkan karena kanker tidak seperti bibir sumbing yang dibiarkan akan tetap seperti itu. Penyakit ini menjalar terus dan merusak organ. Mutlak harus ada penanganan khusus," kata Sonar saat ditanyai wartawan saat acara kunjungan kerja Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi ke RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, ditulis Selasa (9/9/2014).
Meski begitu, kata Sonar, permasalahan kurangnya tempat tidur ini bukanlah hal yang mudah diatasi lantaran penyebaran dokter belum merata (masih terpusat di Jawa) dan belum adanya pusat penanganan kanker di daerah. Hal demikian juga terjadi di negara lain seperti Inggris.
"Negara manapun kalau sudah menyangkut 'Bed' susah. Kemanapaun daftar nggak bisa langsung masuk. Di Inggris misalnya, ada juga waktu tunggu nggak bisa langsung operasi, sebulan nunggu juga bagus padahal mereka udah tertata dengan baik," jelasnya.
Yang bisa dilakukan saat ini, menurut Sonar adalah memberikan masyarakat pengertian bahwa pencegahan dan pemeriksaan dini itu penting.Â
"Datanglah dalam keadaan dini, misalnya periksa payudara sendiri. Karena 70 persen pasien datang dalam stadium lanjut. Alasannya macam-macam, ada yang berobat kemana dulu. Sangat disayangkan, selain biaya pengobatan mahal, keberhasilannya juga kurang," tegasnya.