Liputan6.com, Jakarta Mungkin orang tidak menyadari bahwa rasa nyeri sebenarnya merupakan usaha pertahanan tubuh dari berbagai gangguan yang sedang merusak organ-organ tubuh, sehingga kita dapat menghindari kerusakan yang lebih parah.
Sebagai contoh, bila kita menginjak bara api, kita merasa nyeri lalu kita segera mengangkat kaki. Bayangkan bila saraf perasa kaki sudah rusak, misalnya akibat penyakit kencing manis, kaki kita mungkin akan terbakar tanpa terasa nyeri dan ini mungkin mengakibatkan kaki perlu diamputasi.
Menurut Dr. hermawan Suryadi Sp.S, nyeri dapat dirasakan sebagai nyeri tajam (seperti ditusuk atau disayat), nyeri tumpul (seperti ditekan atau diremas), nyeri seperti terbakar atau kecapaian, dan rasa tidak enak yang sulit dijelaskan (disestesia).
Advertisement
Nyeri bisa bersifat lokal (setempat), difus atau menjalar seperti disengat listrik. Banyak faktor penyebab nyeri. Penyebab pertama ialah peradangan (inflamasi). Ini disebut nyeri inflamasi atau nyeri nosiseptif.
Nyeri ini terjadi bila ada kerusakan jaringan, misalnya pada sendi dan tulang yang mengalami cedera (sendi terkilir, patah tulang), radang rematik (osteoartritis, rheumatoid arthritis), infeksi (osteomyelitis) atau kanker (kanker tulang primer seperti osteosarkoma atau kanker metastasis dari organ lain seperti kanker prostat yang sering menyebar ke tulang belakang).
Otot dan tendo/ligamen juga sering terasa nyeri atau pegal. Misalnya terjadi kekakuan otot akibat duduk atau kerja terlalu lama, atau cedera sewaktu berolahraga atau bekerja (stretch & strain injury). Organ-organ dalam pun sering mengalami nyeri (nyeri visceral) seperti koliek ginjal, nyeri ulu hati akibat luka lambung atau usus duabelas jari.
Nyeri organ ini sering menjalar (nyeri rujukan atau reffered pain). Misalnya nyeri pada serangan jantung koroner dirasakan sebagai nyeri dada yang dapat menjalar ke bahu kiri atau leher seperti rasa tercekik, nyeri pada batu empedu dapat dirasakan sebagai nyeri perut kanan atas yang dapat menjalar ke punggung kanan.
Nyeri pada radang usus buntu (appendicitis) dapat dirasakan pada perut atas (ulu hati). Jenis kedua ialah nyeri yang disebabkan kerusakan primer pada susunan saraf (nyeri neuropatik). Bila kerusakannya pada susunan saraf tepi, disebut nyeri neuropatik perifer.
Kondisi ini sering disebabkan oleh cedera, penyakit diabetes, tumor, infeksi, kurang gizi, otoimun, degenerasi discus tulang belakang, intoksikasi alkohol, obat-obatan seperti obat antituberkulosis. Bila kerusakan terjadi pada susunan saraf pusat disebut nyeri neuropatik sentral.
Ini biasanya disebabkan oleh gangguan peredaran darah (stroke), infeksi, tumor, atau cedera. Nyeri neuropatik cenderung menahun (lebih dari 3 bulan). Sifat nyeri bisa timbul spontan, tanpa rangsangan seperti rasa terbakar, kecapaian, rasa dingin, rasa ditusuk-tusuk, kesemutan, atau tersengat listrik. Nyeri dapat terus-menerus atau hilang timbul.
Sebagai contoh, nyeri pada neuropatik diabetika, nyeri pasca herpetic dan nyeri saraf trigeminus (trigeminal neuralgia). Ada pula nyeri neuropatik yang timbul dengan rangsangan, tetapi dirasakan berlebihan atau tidak wajar. Misalnya rasa rabaan di pipi atau menggosok gigi pada neuralgia trigeminal sudah menimbulkan nyeri. Ini disebut Atodinia.
Sementara hiperalgesia dirasakan sebagai nyeri hebat dengan rangsangan nyeri yang ringan. Adapun nyeri tanpa kerusakan jaringan disebabkan oleh faktor kejiwaan (nyeri psikogenik), misalnya akibat gangguan cemas dan depresi. Namun, apa pun jenis dan penyebabnya, nyeri harus segera diatasi dengan adekuat melalui pendekatan multi dimensional atau holistik.