Liputan6.com, Jakarta Kalau dulu, mungkin kita sering diberitahu orangtua, teman atau kerabat bahwa orang yang berbicara sendiri dan lebih sering terlihat seperti gembel di pinggir jalan adalah orang gila. Tapi ketahuilah, inilah yang banyak disalahpahami dan akhirnya terbawa oleh kita sampai dewasa kalau tidak ada orang gila di dunia ini melainkan hanya mereka mengalami gangguan jiwa berat alias skizofrenia.
Persepsi ini juga yang mungkin akan membuka mata mengenai skizofrenia. Poltak Tua Dorens Ambarita, S.Si., M.Sc (32) misalnya, ia bahkan tidak terlihat seperti mengalami gangguan jiwa. Ia dengan bangganya menorehkan prestasi nilai diatas rata-rata (Cum Laude) untuk sarjana Kimia, Institut Teknologi Bandung (2004) dan S2 Double Degree Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Chung Yuan Christian University (CYCU). Dan saat ini bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil di Baristand Industri Manado Kementerian Perindustrian.
Menurutnya, ia seperti mendapat wahyu dari Tuhan akan menjadi presiden selanjutnya apabila menikahi artis top Indonesia. Sayangnya, pandangan itu ternyata dianggap dokter hanyalah halusinasi yang jauh dari realita dan pada 22 Januari 2005, ia pun mengalami skizofrenia.
Advertisement
"Saya mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan. Saya lihat, waktu pemberkatan gereja, saya akan memimpin Indonesia dan menikah dengan artis. Ini membuat saya kepikiran terus dan berharap," kata Poltak saat temu media di acara 'Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia melalui Acara kampanye Lighting the Hope for Schizophrenia' di hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta.
Begitupun dengan Ash Kyle (40), Pria asal India yang menikah dengan orang Indonesia ini juga mengalami Skizofrenia. Sejak 2009 silam, Ash bangun pagi dengan kondisi yang aneh. Ia merasa, semua orang membicarakannya hingga membuatnya ketakutan dan panik. Kecemasan ini membuat Ash berdiam diri di kamar selama 3 minggu.
Beruntung, pria yang menamatkan kuliah di Mumbai University ini memiliki istri yang tak lelah mencari penyebab perilaku aneh suaminya. Hingga istrinya menemukan di internet bahwa Ash mengalami skizofrenia dan segera membawanya ke Rumah Sakit.
"Bangun tidur, duduk di depan komputer dan saya tiba-tiba mendengar semua orang membicarakan saya. Saya ketakutan dan mengurung diri di kamar selama 3 minggu," katanya.
Melihat kondisi kedua orang ini, Ketua Seksi Skizofrenia Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, dr A. A. Ayu Agung Kusumawardhani, SpKJ (K) bersyukur bahwa kedua pasien bisa kembali kembali bekerja karena mereka datang ke RS dengan cepat. Sehingga dokter dapat segera mendeteksi penyakit dan melakukan terapi.
Inilah, kata Ayu, yang harus diluruskan. Orang dengan gangguan jiwa juga memiliki kemampuan intelektual yang sama dengan orang normal pada umumnya. Sayangnya, seringkali penanganan mereka yang lamban, memperburuk keadaan mereka.
"Seperti penderita Diabetes yang harus minum obat seterusnya untuk menjaga kadar gula darah. Penderita skizofrenia harus minum obat agar bisa melihat realita dan terhindar dari halusinasi," kata Ayu.
Ayu berharap, dengan adanya undang-undang kesehatan jiwa, ia ingin mengakhiri stigma negatif orang skizofrenia yang disebut gila sehingga mereka seolah menjadi tidak berarti lagi.
"Banyak pasien skizofrenia jadi dikucilkan, dibuang bahkan tak jarang dipasung agar tidak mengganggu orang lain. Padahal jika mereka melakukan terapi pengobatan sedari dini, mungkin fungsi kecerdasan dan kognitifnya bisa kembali normal. Skizofrenia itu gangguan jiwa berat dimana seseorang dapat mengalami halusinasi, waham dan sebagainya yang tidak sesuai realita. Penyakit ini disebabkan karena hiper dopamin di otak. Kelebihan Dopamin akan menciptakan racun buat neuron, sel saraf di otak. Kalau tidak diobati segera maka akan menyebankan kematian sel otak," jelasnya.
Ini yang menarik dari penyakit skizofrenia. Ayu menerangkan, fungsi kecerdasan dan kognitif penderita skizofrenia mungkin akan terganggu. Tapi jika cepat ditangani dan diobati, kondisi otaknya bakal tetap baik dan mereka bisa sekolah dan bekerja kembali.