Sukses

WHO Ingatkan Ancaman Garam bagi Jantung

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan untuk membatasi konsumsi garam karena beresiko meningkatkan penyakit jantung

Liputan6.com, Jakarta Memperingati Hari Jantung Sedunia yang jatuh tepat hari ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan untuk membatasi konsumsi garam. Hal ini dilakukan karena sekitar 2,5 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit kardiovaskular.

Laman WHO, Senin (29/9/2014) melaporkan, Tema Hari Jantung Sedunia tahun ini adalah 'Heart Choices NOT Hard Choices' yang akan menekankan pada pembatasan konsumsi garam karena berisiko meningkatkan penyakit kardiovaskular.

Kantor perwakilan WHO di seluruh dunia juga akan memanfaatkan hari ini untuk mengingatkan anggota masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan sektor lain mengenai bahaya konsumsi kelebihan garam dan penyakit jantung serta langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi risiko penyakit.

Berdasarkan rekomendasi WHO tahun 2003, batas maksimum konsumsi garam per orang per hari adalah 2000 mg Natrium atau 5 gram per orang per hari, atau setara dengan 1 sendok teh.

Sebelumnya, Hari Jantung Sedunia dicanangkan oleh WHF (World Heart Federation) pada tahun 2000 untuk memberikan informasi kepada negara serta masyarakat di seluruh dunia bahwa penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan stroke) adalah penyebab kematian nomor satu di dunia karena memakan korban sebanyak 17,3 juta orang setiap tahunnya.

Hari Jantung Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 29 September dengan tema yang berbeda-beda sesuai isu-isu pokok dan topik yang berkaitan dengan kesehatan jantung.

WHF dan anggota-anggotanya secara serempak menyebar-luaskan berita bahwa paling tidak 80 persen dari kematian dini akibat penyakit kardiovaskuler sebenarnya dapat dicegah bila 4 faktor risiko utama seperti merokok, mengkonsumsi makanan yang kurang sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi berlebihan minuman beralkohol dapat dikendalikan.

"Tema tahun ini 'heart-healthy environments', dimaksudkan agar tempat kita tinggal, bekerja dan bermain seharusnya tidak meningkatkan resiko kita mendapat penyakit jantung dan stroke. Tapi seringkali manusia tidak dapat memilih ‘pola hidup jantung-sehat’ karena faktor lingkungan, seperti tidak adanya pilihan makanan yang sehat, tidak adanya ruang-ruang bebas asap rokok, dan sebagainya," tulis WHF, seperti dalam rilis yang diterima Liputan6.com. (*)

Video Terkini