Liputan6.com, Jakarta Tingginya angka kematian akibat penyakit jantung di Indonesia saat ini membuat beberapa daerah melakukan terobosan. Kepala RSUD Bengkulu, Drg Daisy Novira MARS menyatakan ingin menjadikan RSUD sebagai pusat rujukan penyakit jantung se-Provinsi Bengkulu.
"Data tahun 2013 dari 649 pasien yang berobat, 82 di antaranya meninggal. Ini akibat kita tidak memiliki pelayanan khusus jantung," ujar Daisy di Bengkulu (29/9/2014).
Baca Juga
Tingginya angka kematian penderita penyakit jantung akibat semua pasien harus dirujuk ke Jakarta dengan risiko biaya yang sangat mahal.
Advertisement
Direktur umum RS Harapan Kita, Jakarta, yang juga pimpinan pusat jantung nasional Dr Iwan Dakota yang meresmikan pusat pelayanan kateterisasi jantung dan pembuluh darah RSUD M Yunus Bengkulu membenarkan bahwa penyakit jantung adalah penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia.
"Kita menargetkan pada tahun 2025 bisa menekan angka kematian akibat penyakit jantung hingga 25 persen," ujar Dr Iwan.
Pihaknya menyadari mahalnya biaya jika pasien harus dirawat di luar Bengkulu. Untuk itu pusat jantung nasional sudah membentuk 16 pusat jantung regional dan Bengkulu merupakan pusat jantung regional ke 17.
"Kita akan fokus membantu Bengkulu dengan mengirimkan satu tim lengkap setiap bulan hingga rumah sakit ini bisa mandiri dan siap," demikian Dr Iwan Dakota.Â