Sukses

Ribuan Anak Jadi Yatim Piatu Akibat Ebola, Mereka Harus Kemana?

Virus Ebola bukan hanya tentang korban terinfeksi dan meninggal, tapi juga anak-anak yang ditinggalkan. Mereka tak tahu harus kemana.

Liputan6.com, New York United Nations Children’s Fund memperkirakan hingga kini sekitar 3.700 anak-anak di Afrika Barat telah kehilangan paling tidak satu dari orang tuanya. Diperkirakan jumlahnya bertambah dua kali lipat pada pertengahan Okteober. Wabah virus Ebola yang mematikan ini telah membuat anak-anak kecil ini tak tahu tinggal bersama siapa?

Berlinda misalnya, gadis kecil yang berusia tiga tahun itu menemani ibunya yang dibawa ke rumah sakit. Tak lama kemudian ibunya meninggal. Tak ada yang memeluknya, tak ada yang menghiburnya.

"Ribuan anak-anak mendapati ayah, ibu serta anggota keluarga mereka. Anak-anak ini sangat membutuhkan perhatian dan dukungan khusus, bahkan anak-anak ini merasa tak diinginkan dan bahkan ditinggalkan," terang UNICEF’s Regional Director for West & Central Africa, Manuel Fontaine seperti dilansir Time pada Kamis (2/10/2014).

Perasaan anak-anak yang merasa ditinggalkan ini bukan tanpa sebab. Ayah atau ibu yang meninggal karena virus Ebola membuat sanak saudara enggan untuk merawat mereka karena takut anak ini ikut terinfeksi Ebola.

"Ketakutan dan stigma virus Ebola pada anak-anak yang ditinggalkan orang tua tetap berkembang di sini. Para kerabat takut untuk mengambil anak-anak ini," terang salah seroang petugas perlindungan anak di Liberia untuk Save The Children, Amy Richmon.

Untungnya, ada HOPE House, sebuah rumah tampung sementara yang dibina Katie Meyler. Disini ia bisa menampung beberapa puluh anak yatim. Mereka yang mampu tetap bertahan dari disambut dengan gembira. Dan mereka berdia dan gembira untuk itu semua.

Lalu dimana peran pemerintah? "Kondisi Liberia sedang sulit sekarang, dan saya rasa pemerintah belum memiliki rencana untuk penampungan anak-anak ini," terang salah satu nenek dengan dua cucu yang terinfeksi Ebola, Marthalyne Freeman.

Video Terkini