Sukses

Mengintip Perkampungan Tahu Tempe di Ibukota

Hampir semua orang di Semanan tahu betul arah mencapai pusat pembuatan tahu tempe ini.

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tidak suka makanan berbahan dasar kedelai seperti tahu dan tempe? Kedua jenis makanan ini memiliki kandungan gizi yang luar biasa dan telah dipatenkan dunia karena merupakan aset dalam negeri.

Kali ini, Liputan6.com berkesempatan mengunjungi perkampungan tahu tempe di Kawasan Semanan, Jakarta Barat. Yang menarik, industri rumahan yang dikelola Primer Koperasi Produksi Tahu Tempe Indonesia ( Primkopti) ini bukan hanya terdiri dari ribuan produsen tahu dan tempe melainkan seperti sebuah komplek yang memiliki fasilitas perumahan, lengkap dengan sekolah, mesjid dan bus Jakarta-Pekalongan yang ada setiap hari.

Mencari perkampungan ini juga tidak sulit. Hampir semua orang di Semanan tahu betul arah mencapai pusat pembuatan tahu tempe ini. Sayangnya, akses mencapai kesana harus dilalui dengan sabar. Pasalnya, jalur kereta api di dekat Stasiun Kalideres sering membuat kemacetan apalagi jalan dua arah yang sempit dipenuhi pengendara truk, bus, mobil dan motor yang tak sabar lewat.

Sampai di Perkampungan Tahu Tempe, kita bisa melihat jejeran rumah penduduk yang sibuk membuat tahu dan tempe. Menurut Pembantu Umum Primkopti, Handoko saat ini perkampungan Tahu Tempe telah memiliki keanggotaan mencapai 1.417 pengrajin dengan kebutuhan kedelai per hari yaitu 92.415 kilogram.

"Selain memproduksi tahu yang bermacam jenis tahu (tahu goreng, tahu pong, tahu sumedang, tahu sayur, tahu Bandung, tahu gejrot, tahu putih dan tahu sutera) dan tempe, pengrajin disini juga membuat produk turunannya mulai dari keripik tempe dan tempe gembus, oncom dan bila ada pesanan khusus dari vegetarian, disini juga produksi nugget, sosis dan steak berbahan tempe," katanya.

2 dari 2 halaman

Tinggal terpencar

Dulu, cerita Handoko, pengrajin tahu tempe tidak tinggal di Semanan. Mereka tinggal terpencar di pinggir kali di wilayah Tambora I, Tambora II Grogol, Kebon Jeruk dan Cengkareng. Namun pada 1990, mereka sepakat ingin memiliki tempat tinggal dan tempat usaha yang lebih baik. Saat itu, pengurus didukung oleh Pemda DKI Jakarta, Menteri Kooperasi, Menteri Perindustrian, Gubernur DKI dan Menteri Perumahan dan Koperasi membeli tanah seluas 12 hektar. Disinilah kini mereka berada.

"Jumlah rumah yang telah dibangun di kawasan ini adalah 679 rumah permanen dan 126 rumah non permanen. Perkampungan ini juga dilengkapi dengan dapur produksi bersama. Jadi selain produksi tahu tempe, Primkopti juga membangun instalasi pengolahan (Ipal) bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum DKI untuk mengolah air limbah tahu tempe sehingga tidak bau dan merusak lingkungan," jelasnya.

Selain itu ada fasilitas sekolah SD dan SLTP, mesjid, ambulance, taman bermain serta penyediaan bus Jakarta-Pekalongan yang beroperasi setiap hari dan berangkat tiap sore. Maklum, mayoritas masyarakat di sini 95 persen asli Pekalongan.

Tahun depan, rencananya Pemda DKI akan membangun dapur produksi bersama berskala nasional di kawasan ini. Lantaran sejauh ini, kata Handoko, belum ada satu tempat di seluruh Indonesia yang memproduksi tahu tempe secara masif dan steril.

"Tahu dan tempe ini kan makanan pokok kita. Kita juga yang punya patennya, tapi belum ada yang membuat satu sistem industri besar yang membuat tahu dan tempe," ungkapnya.

Meski kebanyakan penduduk masih menggunakan alat tradisional, tapi jika proyek pabrik tahu dan tempe jadi dibangun mulai tahun depan, maka pengurus akan berupaya untuk memgembangkan mesin modern juga.