Sukses

Iklan 'Bahaya Merokok' Hadir di Bioskop Selama 1 Bulan

Menkes meluncurkan iklan layanan masyarakat (ILM) sebagai upaya mengurangi jumlah prevalensi perokok di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH meluncurkan iklan layanan masyarakat (ILM) sebagai upaya mengurangi jumlah prevalensi perokok di Indonesia. Uniknya, ILM dengan judul 'Berhenti Menikmati Rokok Sebelum Rokok Menikmatimu' akan tayang di bioskop selama empat minggu.

"Memang baru pertama kali iklan layanan masyarakat di Bioskop. Sebab salah satu tantangan yang harus kita sikapi bersama dalam pengendalian rokok adalah masih kuatnya iklan, promosi, dan perusahaan rokok di Indonesia," kata Nafsiah Mboi di Blitz Megaplex  Auditorium 6, Mal Pacific Place Lantai 6, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (10/10/2014)

Menkes melanjutkan, sejumlah tindakan telah dilakukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia demi mengurangi prevalensi perokok mulai dari kampanye, peraturan pemerintah, sampai pemasangan peringatan bahaya merokok di bungkus rokok.

Ada pun tujuan dari dibuatnya ILM ini supaya yang belum merokok untuk tidak merokok, dan menikmati rokok. "Kelihatannya saja menikmati, padahal rokoklah yang menikmati si perokok itu," kata Menkes.

Tujuan lainnya adalah agar yang terlanjur merokok untuk menghentikan kebiasaannya itu. Walau pun susah karena sudah kecanduan, Menkes tetap optimis cara ini berhasil.

"Buktinya, melalui iklan ini yang sudah tayang juga di televisi, anak murid dari bintang iklannya yaitu Pak Panjaitan, banyak yang merespons dan mengakui bahwa merokok itu sangat berbahaya," kata Menkes menambahkan.

Dengan menembus gedung Bioskop, Menkes berharap, para remaja yang menjadikan aktivitas menonton film di bioskop sebagai gaya hidup mampu menyerap makna dari iklan layanan masyarakat tersebut, dan membantu sesamanya yang telah terlanjur menjadi perokok.

Panjaitan, penderita kanker tenggorokan yang ditunjuk oleh Menkes untuk menjadi bintang dalam iklan berdurasi tak sampai 1 menit itu mengatakan, mendukung sekali ILM ini ditayangkan di bioskop. Menurut Panjaitan, 73 persen penyampaian pesan paling efektif adalah via layar televisi, bioskop, atau radio.

"Karena penglihatan akan merekamnya di otak, dan akan terus diingat," kata Panjaitan