Liputan6.com, Jakarta Obat hepatitis A, B, C dan E yang dijual di seluruh Indonesia tergolong masih mahal sehingga penderita dari keluarga tidak kurang mampu tidak sanggup membelinya, kata Staf Ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Prof Agus Purwadianto.
"Ini adalah permasalahan yang dihadapi. Obatnya mahal karena tidak terprogram," kata Prof Agus Purwadianto di Jakarta, seperti dikutip Antara, Minggu (2/11/2014).
Mantan Plt Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemekes itu mengemukakan harga obat-obatan hepatitis itu harganya mencapai jutaan rupiah.
Advertisement
Karena itu, kata dia obat-obatan untuk mengurangi maupun menyembuhkan penyakit hepatitis akan disubsidi pemerintah pada tahun ini.
Subsidi pada obat-obatan yang diimpor dari luar negeri agar dapat dibeli oleh penderita. Kemenkes juga mengupayakan inovasi obat-obatan yang berasal dari dalam negeri sehingga dapat dijual dengan harga yang murah.
"Obat-obatan itu seperti jamu. Itu masuk dalam program tahun ini, termasuk peningkatan sumber daya manusia dan fasilitas kesehatan," ujarnya yang juga Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia.
Agus mengemukakan kesadaran masyarakat untuk memiliki perilaku hidup sehat harus ditingkatkan. Kesadaran untuk mencuci tangan sebelum makan merupakan cara efektif untuk mencegah terinfeksi virus yang menyerang hati tersebut.
"Hepatitis A itu dapat ditularkan melalui makanan dan minuman, sedangkan hepatitis B dan C melalui jarum suntik," katanya.
Menurut Agus, pemerintah daerah tidak perlu membuat rumah sakit yang menangani penyakit itu. Sebab penyakit hepatitis sudah dikenal di seluruh Indonesia.
Rumah sakit umum daerah seharusnya menyediakan fasilitas khusus untuk menangani penderita penyakit itu.
"Di tingkat nasional, pengendalian hepatitis masuk menjadi salah satu program penyakit menular langsung pada tahun 2011," tuturnya.
Virus hepatitis A menyerang 358 orang pada Januari-September 2014, terdiri dari Kecamatan Teluk Sagara, Kabupaten Bengkulu sebanyak 19 orang, sementara Kecamatan Batu, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur mencapai 179 orang.
Sedangkan jumlah penderita penyakit hepatitis A di Kecamatan Kamang dan Kecamatan Balai, Sumatra Barat sebanyak 130 orang.
Tahun 2013, lanjutnya jumlah kasus hepatitis A yang ditemukan sepanjang tahun 2013 di Kabupaten Kepri sebanyak 87, Lampung 11, Sumatra Barat 55, Jambi 26, Banten 7, Jawa Barat 2, Jawa Tengah 26 dan di Jawa Timur ditemukan 177 kasus.