Liputan6.com, Jakarta Pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkritik industri obat yang hanya mengeruk keuntungan sehingga vaksin ebola belum ada. Dalam pidato konferensi regional di Cotonou, Benin, Dr. Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO juga mengecam tidak adanya sistem kesehatan masyarakat yang efektif di negara-negara yang terkena dampak ebola.
Mengutip laman Nytimes, Selasa (4/11/2014), setidaknya saat ini ada sekitar 13.567 kasus baru ebola dan telah menewaskan 4951 orang.
Dr. Chan mengatakan, WHO telah memperingatkan konsekuensi dari keserakahan dalam pengembangan obat dan kelalaian kesehatan masyarakat. Namun ancaman ini seperti dibiarkan berlarut-larut.
"Selama beberapa dekade, WHO telah menyarankan banyak hal namun mereka seperti tulis. Lihat konsekuensinya, sekarang seluruh dunia dapat melihat, setiap hari, ebola masuk berita utama di prime-time televisi," katanya.
Advertisement
Menurut Dr Chan, virus Ebola ditemukan di Republik Demokratik Kongo, dan dikenal dengan Zaire sejak 1976. Tetapi karena dulu hanya terbatas pada negara-negara Afrika yang miskin, maka tidak ada insentif untuk mengembangkan vaksin. Baru ketika virus ini meluas, tahun ini baru banyak yang mau mengembangkan vaksin.Â
Perkembangan terakhir, para peneliti telah menguji dua vaksin eksperimental yang diujicoba pada sukarelawan sehat di Amerika Serikat dan di negara-negara lain di luar kawasan wabah utama di Afrika Barat. Salah satunya dikembangkan oleh National Institutes of Health dan GlaxoSmithKline, dan yang lainnya oleh pemerintah Kanada dan NewLink Genetika.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon juga angkat bicara. Beliau mengatakan, cara terbaik untuk menghentikan virus ini adalah menghentikan virus mulai dari sumbernya.
"Daripada membatasi pekerja, atau membatasi pergerakan orang atau perdagangan. Lebih baik mengatasi virus dari sumbernya (vaksin). Jangan pertaruhkan petugas kesehatan, mereka ada orang luar biasa yang mempertaruhkan hidup mereka sendiri," katanya.