Liputan6.com, Jakarta Beberapa tahun terakhir upaya kebaikan mendonorkan Air Susu Ibu (ASI) mulai banyak dilakukan kepada yang membutuhkan. Kebutuhan donor ASI pun meningkat dalam beberapa tahun terakhir menurut Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). AIMI pun memiliki beberapa catatan yang perlu diperhatikan agar donor ASI tidak disalahgunakan.
Pertama-tama cari donor ASI dari lingkaran keluarga. Lalu, teman yang tahu betul bagaimana kondisi kesehatan. Jika tidak ada AIMI bisa memfasilitasi.
Namun, AIMI pun memerhatikan ada sisi negatif dari donor ASI. Oleh karena itu Mia skla prioritas dalam memberikan ASI kepada bayi lain. "Jangan hanya karena sang ibu tahu manfaat ASI luar biasa untuk kesehatan bayi, tapi karena dia tidak mau payudara rusak tidak mau menyusi hingga akhirnya minta bantuan donor ASI. Kalau itu bukan skala prioritas," terang ketua AIMI, Mia Sutatanto saat ditemui pada IMBEX di JCC ditulis pada Senin (8/12/2014).
Advertisement
Prioritas utama dalah ketika sang ibu meninggal, ibu sakit, atau sang bayi sakit.
Lalu, pastikan yang akan diberikan ASI memang karena sedang bermasalah dengan ASI produksi sang ibu. Misalnya produksi ASI kurang sehingga tidak memenuhi bayi.
AIMI sendiri pun bisa mengirimkan konselor menyusui supaya hambatan atau gangguan yang dialami bisa teratatasi. "Donor asi bukan solusi jangka panjang melainkan jangka pendek. Kalau masalahnya teratasi, akhirnya bisa menyusui sendiri, nggak perlu donor asi lagi kan," ungkap Mia.
Lalu, saat mendapatkan donor ASI, ASI dipasteurisasi untuk membunuh bakteri yang mungkin ada di ASI. Dari sisi agama, jika memang percaya minum ASI yang sama menimbulkan hukum saudara sepersusuan, silakan terus menjalin tali silahturahmi dengan keluarga pendonor.
Pada AIMI sendiri, sebelum mendonorkan ASI mengisi formulir pendonor. Lalu, data-datanya pun tersimpan.