Sukses

Kesetiakawanan Jadi Jembatan Bangun Integrasi Sosial

Semangat kesetiakawanan sosial harus dilakukan tiap saat, tidak hanya seremonial semata.

Liputan6.com, Jakarta Semangat kesetiakawanan sosial harus dilakukan tiap saat, tidak hanya seremonial semata. Sejatinya, kesetiakawanan sosial senyawa dengan hidup sehari-hari.

Di tengah arus perubahan yang menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bangsa dan negara. Kesetiakawanan sosial bisa menjadi jembatan untuk membangun integrasi sosial menuju integrasi bangsa.

“Kebersamaan bisa menjadi kekuatan untuk tegak dan kokohnya ketahanan sosial bangsa, ” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Jakarta, Jumat (19/12/2014).

Penjangkauan Lintas Batas Kesetiakawanan Sosial (LBKS), sebagai rangkian Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang diperingati setiap 20 Desember, telah mengukir makna kesetiakawanan sosial.

“Dengan LBKS ‘Sense of nation’ ternyata masih ada di negeri ini. Kebanggaan satu hati sesama anak negeri, masih dipertunjukkan secara ikhlas dan rasa peduli dan berbagi membantu sesama masih kuat, ” katanya.

LBKS merupakan pengungkit untuk menumbuhkan kembali rasa saling peduli, berbagi, serta toleransi yang sudah mulai pudar di telan masa. Padahal, di masa lalu negeri ini pernah jaya dengan segala khazanah tradisi dan budaya ketimuran yang mengagumkan.

Selain itu, LBKS membuka mata bahwa permasalahan sosial di negeri masih membutuhkan semangat kebersamaan untuk mengatasinya. Ada 2,3 juta rumah tidak layak huni, 8 juta penyandang disabilitas, 15,5 juta warga miskin, 1,8 juta lanjut usia terlantar, 42 titik rawan konflik sosial.

“Kesetikawanan sosial tidaklah muncul tiba tiba. Melainkan lahir dari sejarah panjang dengan nilai dasar cinta tanah air dan harga diri serta martabat bangsa, ” ujarnya.

Perjalanan darat selama lima hari dengan melintasi empat provinsi. Tim LBKS menyerahkan berbagai paket bantuan, yaitu: 1500 paket makanan, 1500 paket kacamata untuk usia 50 tahun, 22 unit alat bantu kaki dan tangan palsu, 73 unit alat bantu dengar, 84 unit kursi roda, 17 tongkat tangan bagi penyandang tuna netra, 100 paket seragam sekolah, 200 Al-Qur'an, 2250 paket perlengkapan sekolah, 6000 paket sembako.

Diikuti 41 peserta terdiri dari kalangan perbankan, dunia usaha, organisasi sosial, organisasi masyarakat, organisasi hobby, organisasi profesi, pemda, serta unsur TNI dan Polri.