Sukses

Studi: 2/3 Kanker Disebabkan 'Nasib Kurang Beruntung'

Bukan hanya gaya hidup dan faktor keturunan yang sebabkan terjadi kanker, tapi nasib kurang beruntung.

Liputan6.com, London- Sebagian besar kasus kanker disebabkan karena 'nasib kurang beruntung' dibandingkan gaya hidup tak sehat, pola makan, maupun gen turunan klaim para ilmuwan dari John Hopkins University School of Medicine.

Nasib kurang beruntung apakah yang dimaksud para ahli? Para ahli melihat bahwa penyebab utama terjadinya sebagian besar kanker karena adanya mutasi DNA acak yang terjadi pada ketika sel membelah selama manusia hidup. Semakin mutasi meningkat, semakin tinggi risiko sel tumbuh tak terkendali yang juga menjadi ciri kanker.

Para ahli yang terlibat, seperti dilansir Daily Mail, Minggu (4/1/2015) meneliti 31 jenis kanker, menemukan bahwa 22 kanker disebabkan karena nasib kurang beruntung. Di antaranya adalah kanker paru-paru yang terkait dengan kebiasaan merokok, kanker kulit terkait dengan paparan sinar matahari seperti diungkapkan Johns Hopkins University School of Medicine, Profesor Bert Vogelstein.

"Banyak orang merokok tapi bebas dari kanker. Banyak yang menyatakan bahwa hal tersebut karena memiliki gen baik di tubuhnya. Nyatanya sebagian besar dari mereka hanya memiliki keberuntungan terhindar kanker," terang Profesor Vogelstein.

Ia pun menambahkan bahwa gaya hidup memang berpotensi untuk menambahkan risiko 'nasih buruk' terkena kanker tertentu namun para peneliti meminta lebih menekankan untuk mendeteksi dini adanya potensi kanker demi meningkatkan kesembuhan.
Studi ini menemukan bahwa mutasi acak karena pembelahan sel dapat menyebabkan 65 persen angka kejadian kanker.

"Sebagian besar kanker disebabkan oleh nasib buruk karena adanya mutasi gen dibandingkan gaya hidup maupun keturunan. Cara terbaik untuk menghindari kanker ini dengan deteksi dini sehingga dapat disembuhkan," seperti tertulis dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science.

Ahli biomatematika, dokter Christian Tomasseti yang juga dari Johns Hopkins University menyatakan apabila memang dua per tiga kanker terkain mutasi DNA acak pada saat pembelahan sel terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan bisa mencegah aneka kanker tapi ini tidak berlaku bagi semua orang.

"Kita harus fokus pada cara untuk mendeteksi dini kanker pada tahap dini, " tambahnya.