Liputan6.com, Jakarta Tentu, semua setuju kalau ikan seperti salmon atau tuna adalah makanan super yang kaya dengan omega-3, protein, vitamin dan mineral. Sayang, hampir semua ikan dan kerang di seluruh dunia mengandung merkuri.
Laman Prevention, Senin (5/1/2015) memberitakan bahwa saat ini industri tuna kalengan di AS tengah gencar melakukan pengujian merkuri yang telah diintegrasikan ke dalam rantai pasokan makanan laut.
Baca Juga
Jika merkuri lazim terkandung dalam ikan, lantas seberapa aman merkuri yang masuk ke dalam tubuh? Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyarankan, standar merkuri tergantung dari jenis ikan, kurang dari 70 persen untuk tuna, dan 90 persen untuk cakalang.
Sebelumnya, Pengurus PDGKI Dr. Tirta Prawita Sari, MSc, Sp. GK mengungkapkan, ikan di laut Jakarta memang berbahaya. Tapi yang perlu diketahui, ikan yang ukurannya besar, seperti tuna atau hiu secara alamiah akan memproduksi merkuri dalam tubuhnya.
"Secara alami ikan laut berukuran besar seperti tuna akan memproduksi merkuri. Artinya, disarankan untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan," jelasnya.
Untuk mengurangi risikonya, Tirta menyarankan untuk mengonsumsi ikan tidak lebih dari dua atau tiga kali seminggu. Sisanya, Anda boleh makan ikan kecil seperti ikan kembung, ikan teri atau ikan selar.
Advertisement