Sukses

Bagaimana Mengajarkan Disiplin pada Anak

Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat anak-anaknya tumbuh menjadi “anak yang baik”

Liputan6.com, Jakarta Anak adalah harta yang sangat berharga bagi orangtuanya. Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat anak-anaknya tumbuh menjadi “anak yang baik”. Dalam perspektif ilmu psikologi, istilah “anak baik” umumnya dikaitkan dengan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri (percaya diri, mampu mengelola emosi, dan sebagainya) dan karakter yang berhubungan dengan orang lain (mampu mencintai orang lain, menghargai orang lain, dan sebagainya)

Agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik, orangtua perlu mencurahkan pikiran dan perhatian pada perkembangan sang anak.

Memberikan cinta pada anak ternyata bukanlah hal sederhana. Meskipun dalam mencintai, kita berusaha memenuhi apa yang menjadi kebutuhan anak dan membuat anak dalam kondisi senyaman mungkin, perlu juga diusahakan satu aspek penting yakni kedisiplinan. Dalam perkembangan hidupnya, anak butuh belajar disiplin meskipun seringkali akan berakibat mereka tidak mendapatkan semua yang diinginkan bahkan mungkin menjadikan mereka dalam kondisi yang relatif kurang nyaman.

Secara umum, menerapkan disiplin pada anak berarti mengajarkan mereka untuk dapat meraih prestasi, mengendalikan diri, mengatur diri, dan memberi perhatian pada orang lain. Disiplin pada akhirnya diperlukan oleh anak untuk mempersiapkan mereka sebagai individu dalam kehidupan selanjutnya yaitu dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat di mana anak akan menjadi bagian di dalamnya (Innes, 2011).

Aspek ini perlu diperhatikan khususnya saat anak masih berada di usia anak-anak. Semakin dewasa usia anak, maka aspek ini bisa semakin dikurangi peranannya. Tentu orangtua tidak bisa mengatur kapan anaknya pulang malam sementara anaknya tersebut telah menikah. Marilyn Wedge Ph.D (2012) seorang terapis keluarga mengungkapkan bahwa banyak anak yang bermasalah dan membuat orang tua frustasi sebenarnya bukan karena kurang perhatian dari orangtuanya. Mereka menjadi bermasalah karena tidak adanya aspek disiplin dalam pengasuhan yang diberikan.

2 dari 3 halaman

Bagaimana mengajar disiplin


Selanjutnya Marilyn Wedge juga menyampaikan beberapa hal mengenai bagaimana disiplin dalam konteks memberlakukan suatu aturan pada anak dapat diterapkan:

1. Kedua orangtua harus memiliki kesepahaman terhadap diberlakukannya suatu aturan dalam pengasuhan
Banyak pasangan yang memiliki berbagai perbedaan mengenai bagaimana penerapan aturan dalam mengasuh anak. Ada yang percaya bahwa anak harus dididik dengan keras sementara yang lain meyakini bahwa anak harus diperlakukan dengan lembut. Perbedaan ini ternyata berpotensi menimbulkan masalah perilaku pada anak saat mereka remaja dan dewasa. Oleh karenanya. Orang tua perlu melakukan perundingan dan mengambil kesepakatan untuk melakukan cara yang sama dalam menerapkan suatu aturan pada saat mengasuh anak. Diskusi perlu dilakukan secara lebih detail hingga bagaimana cara terzsebut akan diberlakukan diberbagai aktivitas kehidupan anak misalnya saat tidur, saat makan, saat bangun tidur, dan sebagainya.

2. Tekankan kedisiplinan terhadap anak tanpa menaikkan intonasi suara
Intonasi suara yang tinggi dan berisikan kata-kata negatif (ancaman, celaan, dsb) akan memberikan dampak bagi perkembangan anak. Oleh karenanya, sedapat mungkin disiplin perlu diberlakukan namun dengan mengelola intonasi suara. Misalnya saja dengan memberikan hitungan. Jika ini dilakukan secara konsisten, misalnya paling lambat pada hitungan ketiga anak harus melakukan apa yang diminta orang tua sebagai suatu tindak pendisiplinan, anak akan menganggapnya penting dan melakukannya.

3. Berikan penghargaan saat anak dapat menjalankan suatu aturan
Penghargaan perlu diberikan ketika anak melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan aturan meskipun tanpa diingatkan. Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk pujian dan dukungan karena telah melakukan hal baik. Hal ini akan membuat anak berusaha mengulang kembali dan terus melakukannya. 

3 dari 3 halaman

Beri pemahaman

4. Berikan pemahaman bahwa dalam saat-saat tertentu peraturan membutuhkan perkecualian
Meskipun suatu peraturan harus ditaati secara serius, orangtua perlu menjelaskan pada anak bahwa ada kalanya ada suatu perkecualian dalam pelaksanaan suatu aturan. Misalnya ketika ada aturan bahwa jam 6 pagi harus bangun, orangtua bisa menjelaskan bahwa ada kalanya anak boleh bangun lebih siang atau tidur lebih lama ketika dia sedang sakit.

5. Berikan konsekuensi yang sesuai saat terjadi pelanggaran aturan
Jika terjadi pelanggaran suatu aturan, orangtua perlu memberikan suatu konsekuensi yang harus dialami atau dijalankan anak. Konsekuensi ini perlu mempertimbangkan kesesuaian dan harus realistis (memungkinkan untuk dilakukan).

Daftar Pustaka

Wedge, Marilyn. (2012). What Kind of Discipline Is Right for Kids? Dalam http://www.psychologytoday.com/blog/suffer-the-children/201204/what-kind-discipline-is-right-kids. Diunduh 10 Desember 2013

Innes, Max. (2011). The Role of Discipline In the Effective Parenting of Children. Parent Support Services of British Columbia, April 2011 .

 

Y. Heri Widodo, M.Psi., Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogyakarta