Liputan6.com, Jakarta Ukuran tubuh pendek (stunting) dan defisiensi vitamin D merupakan dua kasus yang menjadi perhatian besar, karena menjadi salah satu faktor penghambat tubuh kembang seorang anak secara optimal.
Hasil South East Asia Nutritions Survey (SEANUTS), jumlah anak yang mengalami stunting adalah 24,1 persen untuk laki-laki dan 24,3 persen untuk anak perempuan. Bahkan, riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 juga menunjukkan kondisi serupa, di mana rata-rata angka kasus stunting di 20 propinsi rata-rata 37,2 persen.
Menurut DR. Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) stunting bukan sekedar pertumbuhan yang terhambat (balita pendek) saja. Lebih dari itu, ada bahaya yang sangat mendasar yang harus diwaspadai, yaitu terhambatnya perkembangan otak dan kapasitas kognitif anak.
"Tapi, tidak semua anak yang pendek itu stunting," kata Ahli Endokrin sekaligus Peneliti Masalah Pertumbuhan dan Genetik Pendek dalam diskusi cerdas yang diadakan Frisian Flag, ditulis Sabtu (24/1/2015)
Dalam kesempatan itu, Peneliti dari Persatuan Ahli Gizi Nasional Indonesia (PERSAGI), Dr. Fitrah Ernawati, MSc, mengatakan bahwa defisiensi vitamin D menjadi salah satu sorotan yang perlu diupayakan solusinya.
"Pemenuhan vitamin D yang seimbang dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan fisik anak, serta menjaga sistem kekebalan tubuh, sehingga mendukung anak dalam melakukan berbagai aktivitas," kata Fitrah Ernawati.
Mengenai asupan gizi, besaran kalori yang dibutuhkan seorang anak usia pra-sekolah (4 sampai 6 tahun) adalah 1.600 kkal, dan anak usia sekolah dasar (7 sampai 12 tahun) berkisar antara 1.800 sampai 2.200 kkal.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pertumbuhan fisik dan tulang yang optimal tidak hanya diperoleh dari asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, melainkan juga dari intensitas paparan sinar matahari yang nantinya akan diserap tubuh.
2 Hal Ini Hambat Tumbuh Kembang Anak secara Optimal
Selain stunting, defisiensi vitamin D memainkan peran penting sebagai penghambat tubuh kembang seorang anak secara optimal
Advertisement