Liputan6.com, Jakarta Di Indonesia, setiap 1 jam seorang wanita meninggal karena kanker serviks. Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seorang perempuan dapat terkena kanker serviks. Namun penelitian menemukan bahwa 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus) yang bisa dicegah dengan vaksin HPV.
Lantas seberapa efektif vaksin HPV menangkal kanker serviks dan apakah seorang perempuan yang telah divaksin perlu tes IVA atau pap smear lagi?
Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) Prof. Dr. dr. Andrijono, SpOG(K) mengatakan, penyebab utama terjadinya kanker mulut rahim atau serviks biasanya dari Human Papilloma Virus (HPV) di Indonesia biasanya dari tipe 16,18 dan 52. Namun, karena penyakit ini berasal dari virus, maka ada banyak faktor risiko.
"Karena virus, jadi penyakit ini bisa ditularkan melalui skin to skin contact jadi faktor risiko kanker leher rahim bisa dari mana-mana. Seperti misalnya berganti-ganti pasangan seksual, merokok, berhubungan seks kurang dari 20 tahun, sistem imun menurun, ibu dan saudara terkena kanker leher rahim, memiliki penyakit menular seksual dan riwayat papsmear positif. Sehingga untuk mencegahnya, mungkin perlu pap smear lagi," kata Andrijono pada wartawan, ditulis Kamis (5/2/2015).
Kendati demikian, kata Andrijono, vaksin HPV masih mahal sehingga belum bisa dijadikan program nasional yang berkesinambungan. Padahal kanker serviks adalah salah satu penyakit yang paling banyak dialami perempuan Indonesia.
Untuk mengantisipasi penularan virus HPV, Andrijono berharap remaja usia 9-13 tahun divaksin. Karena pada saat itu, sistem kekebalan tubuh mereka sangat baik sehingga bisa melindungi dari virus hingga 10 tahun.
Vaksin HPV bivalen (Cervarix, GlaxoSmithKline) sendiri membidik HPV tipe 16 dan 18, yang diperkirakan menjadi penyebab lebih dari 70% kanker serviks di seluruh dunia.