Liputan6.com, Jakarta Ketika seorang anak mengaku telah memiliki seorang pacar, komunikasikan bersama mereka apa saja batasan-batasan yang patut diketahui. Namun, jangan pernah langsung mengatakan tidak boleh berpegangan tangan atau melakukan hal-hal lainnya yang membuat orangtua `ketakutan`.
"Saya sendiri tidak akan melarang anak untuk cium pipi, tidak boleh pegang rambut, pangku-pangkuan. Sebagai orangtua, lebih baik memberikan kesempatan pada anak remaja untuk memiliki kemampuan lebih dalam membatasi dirinya," kata Psikolog Seksual Zoya Amirin M.Psi dalam Sexpedia Liputan6.com pada Kamis (5/2/2015)
Maksudnya, orangtua seharusnya memberikan batasan yang jelas, bukan melarangnya.
Menurut Zoya, ketika orangtua melarang si anak untuk cium pipi, dia malah mencium bagian lainnya, misalnya kening. "Jadi, lebih amannya adalah jika kamu sudah sangat merangsang, hentikan," kata Zoya. "Kalau kita melarang A, si anak malah melakukan yang B. Nantinya kita sendiri yang kerepotan," kata dia menambahkan.
Sebagai orangtua, jelas Zoya, komunikasikanlah apa yang ditakutkan atau dikhawatirkan. Misalnya, katakan pada si anak jangan sampai dia hamil atau menghamili anak perempuan orang lain, karena masa depannya masih sangat panjang.
"Ketika si anak mulai terangsang, akan sangat sulit menghentikannya. Kalau mau pacaran yang sehat, diskusikan jangan sampai keterusan. Jika sama-sama bergairah, sama-samalah untuk berhenti," kata Zoya menerangkan.
Lebih lanjut dia mengatakan, ada baiknya untuk menceritakan ketakutan yang dirasakannya sebagai pacar.
"Pembahasan seksualitas bersama pasangan juga penting. Jika berada di suatu tempat yang dapat memancing terjadinya satu hal yang tidak diinginkan, carilah tempat yang lebih ramai lagi," kata dia menerangkan.
Bagaimana Sikap Orangtua Ketika Anak Memiliki Pacar?
Beginilah yang harus dilakukan orangtua ketika si anak memiliki pacar.
Advertisement