Liputan6.com, Jakarta Gula adalah karbohidrat yang hadir secara alami di sejumlah makanan seperti susu, buah-buahan, dan madu. Untuk satu kondisi tertentu, gula begitu diperlukan di dalam diet sehari-hari sebagai energi yang berguna menjaga otot dan otak tetap berfungsi dengan baik.
Namun, kini tidak terhitung lagi berapa banyak makanan dan minuman yang diberikan gula tambahan dengan jumlah yang cukup banyak. Akibatnya, tingkat gula darah di dalam tubuh pun alami peningkatan.
Bahkan para ahli telah menyalahkan gula sebagai penyebab kegemukan dan epidemi obesitas di dunia. Dan juga termasuk faktor risiko dari kondisi diabetes tipe dua, penyakit jantung, dan Alzheimer.
Biasanya, ketika kita berbicara tentang gula, kita akan mengacu pada gula meja yang berasal dari tebu. Gula meja juga dikenal sebagai sukrosa, kombinasi 50 persen glukosa dan 50 persen fruktosa. Glukosa dan fruktosa begitu diperlukan karena akan diproses secara berbeda di dalam tubuh. Tapi pemprosesan keduanya memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan.
Melansir laman Health Me Up, Kamis (5/2/2015) secara alami fruktosa terdapat di dalam makanan seperti buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan, tapi bukan berarti untuk bagi bagi kesehatan Anda. Glukosa akan diproses di dalam usus selama pencernaan dan digunakan oleh semua sel di dalam tubuh.
Tinggi makanan yang kaya fruktosa telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi kesehatan kronis, seperti metabolisme yang lambat, kolesterol tinggi, penyakit jantung, sirosis hati, hipertensi, obesitas, dan asam urat.
Fruktosa juga menyebabkan resisten leptin, yang merupakan hormon penentu rasa kenyang.
The American Heart Association dan WHO merekomendasikan bahwa asupan gula tambahan sehari-hari harus sembilan sendok teh (38 gram) untuk pria dan enam sendok teh (25 gram) untuk wanita.
Gula Membunuh Anda dengan Diam-diam, Waspadalah
Gula telah lama disebut sebagai pembunuh diam-diam
Advertisement