Sukses

KPAI Sesalkan Orangtua Berikan Rokok Pada Anaknya

Beredarnya foto bayi yang diberi rokok membuat heboh linimasa jejaring media sosial Facebook.

Liputan6.com, Jakarta Beredarnya foto bayi yang diberi rokok membuat heboh linimasa jejaring media sosial Facebook. Dalam foto tersebut, terlihat seorang bayi seolah-olah bisa merokok. Mirisnya, keterangan dalam status tersebut bertuliskan 'jagoan mom & papp'.

Menyesalkan foto tersebut, Komisioner KPAI bidang Pendidikan Susanto menyampaikan bahwa orangtua tidak dibenarkan memfasilitasi anak agar menjadi perokok aktif.

"Tidak sedikit orangtua 'mengeluh' ketika anaknya sudah menjadi perokok aktif. Padahal perilaku anak merupakan produk lingkungan. Kultur  keluarga, cukup kuat mempengaruhi. Namun sering tak disadari oleh orangtua, jika anak sudah menjadi perokok aktif, orangtua bilang, anak bandel, nggak menurut orangtua, anak durhaka dan lainnya. Padahal, tidak sedikit perilaku anak itu terpengaruh figur panutan. Mungkin saja, anak tersebut terbiasa melihat orangtuanya merokok, atau kakaknya merokok, atau kakeknya merokok, dan lainnya," kata Susanto saat berbincang melalui pesan singkat pada Liputan6.com, Rabu (11/2/2015).

Dalam kasus ini, KPAI menyatakan seharusnya orangtua melakukan langkah kuratif agar anak tidak lagi merokok.

"Lakukan beragam pendekatan dan cara. Memang jika sudah menjadi perokok aktif siapapun termasuk orang dewasa umumnya 'agak sulit' berhenti merokok. Tapi hemat saya tak ada masalah yg tidak ada solusi. Misalnya memberikan pengganti makanan kesukaan, perbanyak aktivitas bermain yang membuat anak lupa merokok, jauhkan dari akses rokok dan orang-orang perokok," ungkapnya.

Sebagai saran KPAI kepada orangtua, pertama, tidak dibenarkan foto anak dengan aktivitas merokok dipublish ke publik, baik dari aspek etika, hukum maupun psikologi perkembangan anak.

Kedua, lakukan langkah segera agar anak tidak terjerumus menjadi perokok aktif yang akut. Beragam cara harus dilakukan, agar anak berhenti merokok sehingga tumbuh kembang optimal. Ketiga, anak sebagai perokok aktif, sesungguhnya hanyalah 'korban', baik mungkin korban kultur keluarga atau lingkungan sosial. "Lakukan evaluasi di internal keluarga agar anak bisa dicegah tidak merokok."