Liputan6.com, Jakarta Disfungsi Ereksi atau ketidakmampuan penis untuk ereksi maksimal biasanya bukan hanya mengganggu kondisi fisik melainkan juga psikis pasangan. Seperti disampaikan psikolog seksual Zoya Amirin bahwa masalah disfungsi ereksi ini bahkan tidak jarang menyebabkan depresi dan stres, baik secara pribadi mapupun dalam hubungan interpersonal.
"Secara psikologis, diagnosa gangguan seksual pada pria sulit ditemukan. Tapi kalau perempuan mudah. Kita hanya melihat apakah suaminya memiliki gangguan atau tidak. Sebab perempuan akan mengalami gangguan seksual bila suami tidak perform. Itulah dalam pernikahan, ketika wanita tidak bahagia dia akan gosip dan sebagainya," kata Zoya di sela-sela acara Pfizer, Selasa (17/2/2015).
Dengan kata lain, kata Zoya, sangat penting untuk memahami tingkat kepuasan seksual masing-masing pasangan, apalagi untuk mendukung aktivitas sehari-hari. "Komunikasi dengan pasangan penting dilakukan dan sang istri harus mampu mengkomunikasikan kepada suaminya bila memiliki masalah kepuasan seksual karena ereksi yang tidak ooptimal.
Sang suami harus menerima dan segera konsultasi ke dokter agar tidak semakin parah."
Disfungsi Ereksi Tak Hanya Ganggu Fisik Tapi Psikis Juga
Disfungsi Ereksi atau ketidakmampuan penis untuk ereksi maksimal biasanya bukan hanya mengganggu kondisi fisik melainkan juga psikis pasanga
Advertisement