Sukses

10 Negara dengan Pola Diet Tersehat dan Terburuk

Inilah daftar 10 negara yang diketahui memiliki pola diet yang paling sehat dan paling buruk

Liputan6.com, Jakarta Satu penelitian untuk menilai kualitas diet dari 197 negara dilakukan. Penelitian yang diterbitkan di dalam the Lancet Global Health Journal ini melibatkan hampir 4,5 miliar penduduk berusia dewasa.

Antara tahun 1990 dan 2010 para peneliti menemukan adanya kesadaran para penduduk di negara berpenghasilan tinggi untuk  mengurangi kebiasaan buruk mengonsumsi makanan tidak sehat dan menggantinya dengan meningkatkan asupan makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran.

Nahasnya, karena masih dianggap paling tinggi dalam hal mengonsumsi makanan tidak sehat, penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kaya seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru disebut memiliki kualitas diet paling buruk di dunia.

Bila dibandingkan dengan negara yang selama ini dianggap miskin seperti Afrika, negara-negara kaya itu dapat dikatakan cukup tertinggal. Bayangkan saja, dalam kurun waktu 20 tahun, para peneliti melihat adanya perubahan dan perbaikan kualitas makanan di negara Afrika, Cina, dan India.

Bahkan, sejumlah negara berpenghasilan rendah seperti Chad dan Mali justru memiliki jumlah makanan sehat yang cukup banyak bila dibandingkan dengan negara di Eropa seperti Belgia, Hungaria, dan beberapa negara pecahan Uni Soviet seperti Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kirgistan.

Dan berikut 10 daftar negara yang dianggap memiliki diet paling sehat dan paling buruk seperti dikutip Daily Mail, Kamis (19/2/2015)

A. Diet sehat

1. Tunisia
2. Barbados
3. Cape Verde
4. Mauritus
5. Israel
6. Quatar
7. Siprus
8. Seychelles
9. Mali
10. Grenada

B. Diet tidak sehat

1. Azerbajan
2. Slovakia
3. Republik Ceko
4. Belgia
5. Heilongjian provinsi Cina
6. Islandia
7. Belarus
8. Lithuania
9. USA
10. Rusia

Melihat hasil analisa yang dilakukan oleh Global Burden of Diseases Nutrition and Chronic Diseases Expert Group (NutriCODE), penulis sekaligus peneliti senior dari Tufts University, Dr. Dariush Mozaffarian, mengatakan bahwa ada kebutuhan yang begitu mendesak mengapa peneliti fokus pada peningkatan kualitas diet antara populasi miskin.

Sebab, jika tidak ada tindakan nyata, kurang gizi akan cepat dikalahkan oleh penyakit kardiovaskular seperti obesitas dan penyakit tidak menular lainnya seperti yang sudah terjadi di India, Cina, dan negara berpenghasilan menengah lainnya.