Liputan6.com, Jakarta Penelitian Pepsodent-Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia merilis pengaruh gigi berlubang terhadap absennya anak sekolah rata-rata tiga hari atau satu hari lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki gigi tidak berlubang.
"Gigi berlubang tidak hanya membuat anak mengalami rasa sakit tapi juga akan mempengaruhi kehadiran anak di sekolah," kata drg Ratu Mirah Afifah GCClinDent., MDSc. di Jakarta, Rabu.
Baca Juga
Head of Professional Relationship Oral Care PT. Unilever Indonesia, Tbk itu mengatakan siswa yang sering sakit gigi memperlihatkan kecenderungan lebih banyak absen dari sekolah yang akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar mereka.
Advertisement
Gigi berlubang, kata Mirah, juga memberikan efek jangka panjang pada anak-anak saat mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Salah satunya adalah menurunkan rasa percaya diri anak dan menghambat prestasi akademis yang dilihat dari nilai matematika.
Penelitian dengan jumlah responden 984 anak di tiga sekolah dasar di Bekasi memperlihatkan fakta bahwa 94 persen anak usia 6-7 tahun mengalami sedikitnya satu gigi berlubang pada gigi susu dan 82 persen anak usia 10-11 tahun mempunyai satu gigi berlubang pada gigi tetap mereka.
"Padahal gigi berlubang jika dibiarkan dapat menyebabkan sakit gigi, terbukti dari hasil penelitian ini bahwa dari kedua kelompok anak usia tersebut yang memiliki gigi berlubang, hampir 50 persen dari mereka pernah mengalami sakit gigi," kata dia.
Menurut dia, anak-anak dari kelompok umur 6-7 tahun yang memiliki lubang pada gigi tetap mereka memperlihatkan kecenderungan lebih banyak hari tidak ke sekolah dibanding anak yang tidak memiliki gigi berlubang.
"Terbukti, ketika kami amati lebih lanjut dalam dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah penelitian," katanya.
Mirah mengatakan gigi berlubang banyak terjadi karena orang tua banyak yang membiasakan anaknya melakukan sikat gigi pada waktu yang kurang tepat, yaitu waktu mandi pagi dan sore. Padahal para dokter gigi menganjurkan waktu terbaik untuk menyikat gigi adalah seusai sarapan dan sebelum tidur malam.
Selain itu, orang tua kadang tidak memperhatikan cara menyikat gigi anak yang serabutan atau tidak bersih.
"Pola mekanis atau gerakan anak belum sempurna dalam menyikat gigi. Ini perlu diawasi dan diajari cara menyikat gigi yang benar," kata dia.