Liputan6.com, New York- Virus Ebola yang mewabah di Afrika Barat menyerang segala usia, namun korban paling parah terjadi di kalangan anak-anak. 90 persen bayi di bawah satu tahun yang terinfeksi Ebola meninggal dunia.
Menurut studi yang dilakukan badan kesehatan dunia WHO bekerja sama dengan Imperial College London, meski jumlah anak-anak yang terinfeksi Ebola lebih sedikit dibanding orang dewasa, bayi dan balita yang terinfeksi hanya memiliki kesempatan tipis untuk bisa bertahan hidup.
Baca Juga
Virus Ebola menyebabkan orang yang terinfeksi mengalami demam, pendarahan internal dan eksternal, muntah dan diare. Hal ini berisiko besar mencabut nyawa si penderita. Pada anak usia 1-4 tahun sekitar 80 persen meninggal dunia. Sedangkan anak-anak yang lebih tua dapat bertahan hidup lebih lama.
Advertisement
"Temuan ini menunjukkan bahwa pengaruh infeksi virus Ebola pada anak dan dewasa sangat berbeda. Ini sangat penting agar mereka mendapatkan pengobatan cepat," terang wakil pemimpin penelitian dari Imperial's Centre for Outbreak Analysis and Modelling, Christl Donnely seperti dilansir Fox News, Jumat (26/3/2015).
Hal ini membuat petugas kesehatan harus melakukan terus menerus dan mencari tahu evaluasi apakah pengobatan pada anak-anak sudah tepat atau belum.
Hingga kini Ebola telah menewaskan lebih dari 10.200 orang dari tiga negara yang paling terkena dampak yakni Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Hingga Maret 2015, sekitar 4.000 anak di bawah 16 tahun terinfeksi virus ini.