Liputan6.com, Jakarta Meski jarang terjadi, anak-anak rentan berisiko derita alergi makanan yang bisa mengancam jiwa akibat transfusi darah.
Seperti diberitakan Dailymail, Rabu (8/4/2015) sejumlah kasus yang disorot para dokter Kanada ini menunjukkan dampak buruk transfusi darah bagi anak. Bagaimana tidak, ada kasus seorang anak berusia delapan tahun yang tidak menderita alergi tapi kini kondisinya kian memburuk.
"Karena pengobatan kanker otaknya, anak ini harus menerima transfusi darah. Tapi kini dia jadi alergi salmon, kacang dan harus membawa injektor untuk keadaan darurat," kata Dr. Julia Upton dan rekan dari rumah sakit anak di Toronto, Kanada.
"Donor darah dapat memasok kekurangan immunoglobulin E, antibodi yang bereaksi terhadap alergen. Ini jarang terjadi, tapi penting bagi orang tua dan dokter untuk peka terhadap reaksi anafilaksis setelah menerima produk darah, terutama setelah makan kacang dan ikan," jelasnya.
Julia menerangkan, gejala alergi yang perlu diperhatikan seperti pembengkakan wajah, tenggorokan tidak nyaman atau kelelahan tiba-tiba yang harus segera diobati sebagai keadaan darurat.
Ketika ada transfer pasif alergi setelah transfusi darah, dokter harus menindaklanjuti dengan keluarga setelah beberapa bulan untuk memutuskan waktu reintroduksi cermat terhadap alergen sementara ke diet anak.
Hal ini juga penting bagi dokter untuk melaporkan kasus dugaan transfer pasif alergi terhadap pelayanan transfusi rumah sakit.
Alergi Makanan Bisa Ditularkan Melalui Transfusi Darah
Anak-anak kemungkinan berisiko mengalami alergi makanan yang mengancam jiwa akibat transfusi darah.
Advertisement