Liputan6.com, Jakarta Dua mahasiswi tingkat sarjana menemukan cara inovatif dalam mencegah diabetes, yaitu dengan biji rambutan.
Feni Juita Sari dan Marleni yang keduanya masih berusia 18 tahun saat ini belajar di Fakultas ilmu kesehatan Universitas Ubudiyah, Banda Aceh. Mereka menemukan cara membuat minuman dengan biji rambutan. Menurut Feni Juita, inovasi itu berawal dari obat tradisional dari Gayo Lues, dimana penduduknya minum minuman dari biji rambutan kering, begitu yang dilaporkan dari nst.com.my, Rabu (22/4/2015)
Baca Juga
"Kita menganggap biji rambutan sebagai sesuatu yang tidak bernilai dan langsung membuangnya. Namun dengan studi yang berdasarkan praktik kesehatan rakyat Gayo Lues, kami menemukan bahwa biji rambutan menganding banyak manfaat pencegahan diabetes", Begitu tutur Feni Juita dalam upacara penutup International Engineering Invention and Innovation Exhibition di University Malaysia Perlis, Pauh, tanggal 21 April 2015.
Advertisement
Feni Juita menjelaskan cara membuat minuman biji rambutan, yaitu dengan cara memotong-motong biji kecil-kecil sebelum dikeringkan dengan sinar matahari langsung selama dua sampai tiga hari sampai warnanya berubah menjadi kuning kehitaman. Kemudian biji itu ditumbuk menjadi bubuk, dilarutkan dengan air dan bisa diminum. Sebaiknya dikonsumsi dua sampai tiga kali sehari setiap sebelum makan. Sebaiknya, konsumsi juga disesuaikan dengan kebutuhan konsumsi gula masing-masing individu.
Feni menambahkan bahwa biji rambutan tidak beracun dan faktanya, mengandung karbohidrat, lemak, dan protein yang mampu memenuhi kebutuhan gizi setiap orang. Studi itu juga membuktikan biji ramutan memiliki 3- sampai 40 persen lemak murni, serat, pati, dan stearic acid. Komposisi kimia ini mampu mengurangi kadar gula dalam darah. Marleni membenarkan pernyataan ini.
Inovasi ini sudah menarik perhatian secara internasional, dimana beberapa ahli media dari Jakarta melakukan riset dan perkembangan, bahkan sebelum teknologi ini dikomersialkan.
Menurut wakil rektor UNIMAP Datuk Profesor Kamarudin Hussin, inovasi ini merupakan kabar gembira, dimana 457 produk telah dikembangkan oleh 600 partisipan dari level awal dan sekunder, juga institusi tertiari lokal dan asing.
"Kerjasama di antara sekolah dan universitas, terutama di bidang riset dan perkembangan, telah sukses membawa inovasi ke tingkat dimana pelaku industri dan pemerintah akan tertarik dan mengkomersialkan produk ini," ungkapnya.
Kamarudin juga menambahkan bahwa UNIMAP juga menonjol di area inovasi keahlian teknik, dimana mereka sudah mengembangkan 100 produk. Dimana tiga dari produk itu dan salah satunya di teknik konstruksi sudah dalam tingkat komersialisasi. (Ikr)
Â