Liputan6.com, Jakarta Terpilih mewakili sekolah menjadi juru pamantau jentik nyamuk (jumantik) cilik, Glory dan Zares, siswa Kelas V SDN Lebak Bulus 02 Pagi bangga. Mereka malah senang meski aktivitasnya bertambah dengan aneka tugas tentang pengendalian dan penyebaran informasi demam berdarah di sekolah.
"Waktu terpilih jadi jumantik cilik dari sekolah aku bangga, karena nggak semua bisa terpilih," terang Glory saat ditemui dalam konfrensi pers peluncuran Jambore Jumantik Cilik 2015 di Balai Kota DKI Jakarta, pada Kamis (23/4/2015).
Sejak bulan lalu, Glory, Zares dan dua rekan mereka dari sekolah yang sama sudah memulai melakukan belajar mengenai pengendalian demam berdarah di sekolah. Sesudah memahami fakta-fakta demam berdarah dari guru maupun kakak jumantik dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, para jumantik cilik melakukan sosialisasi mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kepada teman-teman sekolah.
Advertisement
Mereka juga melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan melakukan 3M (menguras, menutup, mengubur) setiap Jumat pagi dibantu guru pembimbing dan petugas sekolah. "Paling setengah jam sih melakukan aktivitas ini. Jadi nggak terlalu mengganggu kegiatan belajar. Kalau ketinggalan pelajaran bisa pinjam catatan teman atau belajar sendiri mengejar ketertinggalan pelajaran," ungkap Zares mantap.
"Kalau jadi makin sibuk, nggak masalah. Karena kami memang suka dengan beragam aktivitas," terang Zares yang diiyakan Glory.Â
Menurut guru pembimbing mereka, Bu Ayu, anak-anak yang terpilih merupakan siswa aktif dan cerdas. "Yang kami pilih menjadi perwakilan jumantik cilik siswa yang aktif, cinta lingkungan, dan cerdas," tuturnya.
Aksi jumantik cilik ini digagas oleh SC Johnson bekerjasama dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) didukung oleh Pemprov DKI Jakarta dan dilakukan selama periode Maret sampai Juni 2015. Dengan aktif menjadi jumantik cilik, diharapkan anak-anak tidak lagi menjadi korban demam berdarah tapi mampu menjadi agen perubahan di lingkungannya.