Liputan6.com, Jakarta Badan PBB untuk kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, UNICEF, mencatat sebanyak 15.000 anak di Nepal terkena malnutrisi (kekurangan gizi) akut sejak gempa dahsyat berkekuatan 7,9 SR mengguncang negara tersebut hampir sepekan lalu.
"Sedikitnya ada 15.000 anak terkena malnutrisi akut dan mereka membutuhkan terapi makan. Kekhawatiran terhadap nutrisi anak meningkat apalagi negara ini terdapat lebih dari 40 persen anak tergolong cebol," kata Deputi Kepala Perwakilan UNICEF di Nepal Rownak Khan lewat keterangan persnya, Kamis (7/5/2015).
Terbatasnya akses untuk mendapatkan akses air bersih dan sanitasi turut menjadi penyebab anak di Nepal kekurangan nutrisi.
Advertisement
UNICEF juga mengingatkan kesejahteraan anak-anak yang terancam karena hampir semua korban gempa menjadi tuna wisma sehingga menyebabkan trauma berat.
Rownak mengatakan anak-anak di wilayah dengan dampak gempa terparah sangat membutuhkan bisa kembali ke rutinitas normal mereka dengan membuat ruang-ruang ramah anak, membuka sekolah dan memberikan akses terhadap layanan dasar, seperti kesehatan dan air.
Dengan datangnya perubahan iklim esktrem (monsoon) beberapa pekan lagi, risiko anak-anak tertular penyakit, seperti kolera dan infeksi diare juga semakin tinggi.
Korban gempa, khususnya anak-anak semakin rentan terhadap ancaman tanah longsor dan banjir.
"Rumah sakit-rumah sakit kebanjiran pasien, air langka, banyak jenazah yang masih tertimbun reruntuhan dan orang-orang masih tidur di alam terbuka. Situasi ini merupakan tempat berkembang biak yang sempurna bagi penyakit," kata Rownak.
Segera setelah gempa bumi mengguncang sepekan yang lalu, UNICEF menggunakan pasokan yang sudah tersedia untuk memberikan bantuan, termasuk tenda yang berfungsi sebagai klinik darurat di rumah sakit-rumah sakit, terpal untuk tempat berlindung, layanan truk air di penampungan-penampungan darurat, tablet penjernih air dan perangkat higienis.
UNICEF juga telah mengajukan permohonan bantuan sebesar 50 dolar AS untuk mendukung respon kemanusiaan atas gempa bumi di Nepal selama tiga bulan mendatang.