Liputan6.com, Jakarta Tidak hanya merugikan diri sendiri, gangguan tiroid seperti hipotiroid kongenital (kekurangan tiroid bawaan) Â juga merugikan keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sebab, gangguan tumbuh kembang akan berakibat pada peningkatan jumlah morbiditas, mortalitas, disabilitas, beban psikososial, dan kerugian ekonomi.
Â
Hipotiroid kongenital merupakan suatu kondisi di mana kerja kelenjar tiroid pada anak menurun atau tidak berfungsi sejak lahir. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan fisik, serta mental si anak yang melambat.
Â
"Bahkan, dapat menyebabkan keterbelakangan mental," kata Staf Ahli Bidang Medikolegal, drg Tritarayati, SH. MKes dalam diskusi `Pekan Peduli Tiroid Internasional` di Gedung Kementerian Republik Indonesia, Kuningan, Jakarta, Selasa (26//5/2015)
Â
Gangguan tiroid akibat hipotiroid kongenital dapat dideteksi dengan skrining pemeriksaan sampel darah di laboratorium. Pada usia 3 sampai 4 hari sejak lahir, sampel darah diambil dari tumit bayi dan diteteskan ke kertang saring yang selanjutnya dibawa ke laboratorium.
Â
Bagi bayi yang positif mengalami penyakit akibat gangguan tiroid dapat dilakukan intervensi dini berupa terapi sulih hormon levo-tiroksin. Jika terapi ini dimulai sebelum bayi berusia 1 bulan, kelak dia dapat tumbuh dan berkembang secara normal sesuai potensi.