Liputan6.com, Jakarta Sarapan bukan hanya sekedar makan di pagi hari, tapi seharusnya mampu memenuhi 15 sampai 30 persen angka gizi harian. Sayangnya, hampir separuh atau 44,6 pesen anak usia sekolah sarapan dengan kualitas rendah.
Hal ini terungkap lewat penelitian yang dilakukan Hardinsyah serta Muhammad Aries dari Departemen Gizi Masyarakat FEMA-IPB yang dipublikasikan dalam Jurnal Gizi dan Pangan edisi Juli 2015.
Padahal sarapan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi seimbang; dan bermanfaat dalam membantu mencegah hipoglikemia, menstabilkan kadar glukosa darah, dan mencegah dehidrasi setelah berpuasa sepanjang malam seperti dikutip jurnal ini.
Advertisement
Ditemui dalam acara Penghargaan PEDULI GIZI 2015 di Balai Kartini, Jakarta (3/6/2015), Hardinsyah mengungkapkan hal ini terjadi karena beberapa hal. "Karena ketidakmampuan, ketidaktahuan, serta faktor lingkungan," ungkapnya.
Faktor lingkungan menurutnya sangat berperan di perkotaan saat ini. Anak sudah merasakan lapar, tapi lingkungan tidak kondusif karena ibu sejak pagi sudah berangkat bekerja sehingga tak sempat menyiapkan sarapan.
"Namun bila ibu tahu manfaat sarapan, punya opsi memiliki pembantu untuk menyiapkan makan anak atau bangun lebih pagi (akan lebih baik)," ungkapnya.