Sukses

Alat Terapi Kanker asal Indonesia Bikin Ilmuwan Asing Terkesan

Teknologi terapi kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) buatan anak negeri diperkenalkan di ajang internasional.

Liputan6.com, Jakarta Salah satu sesi dalam Kongres ke-10 International Society for Medical Laser Applications (ISLA) di Beverungen, Jerman pada 12—13 Juni 2015, ilmuwan Indonesia memperkenalkan teknologi terapi kanker di hadapan ratusan ilmuwan asing. Teknologi tersebut bernama Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) sebuah metode untuk menangani kanker pertama di dunia dengan menggunakan sumber gelombang listrik yang berenergi rendah (kurang dari 30 Watt).

Dalam kesempatan tersebut Direktur C-Tech Labs dan juga penemu ECCT, Dr. Warsito P. Taruno, mempresentasikan makalahnya berjudul: “Terapi Kanker Payudara Stadium 4 yang Sudah Menyebar ke Paru-paru, Liver, Tulang, dan Otak dengan ECCT".

Selain itu, puluhan kasus stadium final yang dipresentasikan oleh Warsito, mengalami perbaikan secara drastis dari kondisi yang tadinya sudah tidak mampu bangun dari tempat tidur hingga kemudian mampu beraktivitas secara normal kembali, seperti dikutip dari press release yang dikirim C-Tech Laboratories pada Health-Liputan6.com, Senin (15/6/2015).

Warsito juga mempublikasikan hasil statistik pasien yang melakukan terapi ECCT yang umumnya lebih dari 70 persen kasus stadium lanjut, yang menunjukkan tingkat bertahan hidup selama dengan lama terapi rata-rata 2,5 tahun mencapai 80 persen untuk kasus kanker payudara, 75 persen untuk kasus kanker otak, dan 57 persen untuk kasus kanker paru-paru.

Presentasi yang disampaikan Warsito membuat para ilmuwan yang hadir terkesan dengan hasil terapi alat ini. Seperti yang diungkap  Presiden ISLA yang juga penemu Low Level Laser Therapy (LLLT), Mikhael Weber.

“Dengan LLLT saya mendapatkan hasil terapi yang luar biasa, ada satu kasus kanker payudara yang awalnya ukuran 5 cm dalam 1 tahun mengecil hingga 2 cm. Tetapi melihat hasil ECCT banyak kasus kanker yang telah menyebar keparu-paru, tulang, dan otak bisa kembali normal dalam waktu yang relatif singkat,” ungkap Dr. Weber saat berkunjung ke C-Tech Labs di Alam Sutera, Tangerang 2014 lalu.