Liputan6.com, Afrika - Perempuan di Kenya dan Afrika bagian Timur Tengah hanya bisa pasrah ketika diharuskan menjalani mutilasi organ kelamin wanita (FGM). Mereka tidak bisa menolak, karena sunat ini telah menjadi tradisi sejak lama yang dipercayai membawa keberuntungan bagi yang melakukannya.
Pemerintah negara Afrika dan negara-negara maju lainnya sudah mengeluarkan larangan melakukan FGM. Namun, masyarakat di sana tetap pada pendiriannya, mempertahankan adat ini agar perempuan di sana lebih setia terhadap pasangannya. Sebab, bagi siapa saja yang tidak mematuhi peraturan tersebut, harus siap dikucilkan bahkan dikeluarkan dari desa tersebut.
Baca Juga
Pun para orangtua, tak mampu berbuat apa-apa begitu tahu anak perempuannya harus meraung kesakitan karena menjalani FGM. Ekonomi adalah alasannya.
Advertisement
"Orangtua seorang perempuan yang tidak disunat, tidak bisa berharap banyak sang anak mendapatkan mas kawin ketika menikah nanti," kata Ogeto, pendiri komunitas kaum perempuan yang sudah disunat di Afrika dikutip dari situs Daily Mail, Jumat (3/7/2015)
Menurut dia, seorang perempuan yang disunat akan mendapatkan uang dan sapi yang banyak sebagai mas kawin. Sedangkan perempuan yang tidak disunat, tidak mendapatkan sapi sama sekali, bahkan tidak mendapatkan mas kawin dalam bentuk apa pun.