Liputan6.com, Jakarta - Jenis dan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi memengaruhi keberhasilan kita dalam menurunkan kadar lemak. Dan kita dianjurkan untuk menghindari konsumsi karbohidrat dengan nilai GI (Glicemic Index) cukup tinggi.
GI adalah metode pengukuran cepat atau lambatnya laju karbohidrat masuk ke dalam darah dalam bentuk gula. Semakin cepat laju karbohidrat masuk ke dalam darah semakin tinggi nilai GI-nya, sehingga semakin manis pula rasa karbohidrat tersebut yang membuat semakin tinggi reaksi pankreas dalam memproduksi insulin yang membuat kita cepat merasa lapar dan keinginan untuk menumpuk lemak.
"Semakin lambat laju karbohidrat tersebut, semakin rendah pula reaksi pankreas dalam memproduksi insulin, yang membuat semaki lama tubuh merasa lapar dan semakin rendah pula keinginan untuk menumpuk lemak," kata Ade Rai dalam buku berjudul Bakar Lemak Tanpa Lapar Tanpa Lemas dikutip Health Liputan6.com pada Minggu (12/7/2015)
Advertisement
Berikut contoh karbohidrat dengan nilai GI tinggi, sedang, dan rendah.
1. GI tinggi: gula pasir, bubuk glukosa, dektrosa, dekstrin, nasi putih, roti putih, mie, bihun, kwetiaw, kentang, tepung terigu, sirop, madu, maizena, jagung, buah pisang, semangka, durian, mangga manis, manggis, dan jeruk manis.
2. GI sedang : apel, beras merah, buah prunes, mangga muda, ubi/singkong, buah pepaya.
3. GI rendah : sayur-sayuran hijau, wortel, yoghurt, susu skim (rendah lemak), bengkoang, brokoli, kembang kol, selada, tomat, agar-agar tanpa gula, kacang panjang, buncis, dan timun.
Mengonsumsi mayoritas karbohidrat dengan nilai GI yang sedang dan rendah dalam pola makan sehari-hari membantu kita menjaga penumpukan lemak lebih lanjut. Sekaligus membantu kita terhindar dari overeating atau makan secara berlebihan.