Sukses

Jika Hasil Pemeriksaan Diketahui Sakit Jantung, Harus Bagaimana?

Penyakit jantung koroner golongan sedang/berat, akan dilakukan stratifikasi risiko apakah pasien itu terancam serangan jantung atau tidak

Liputan6.com, Jakarta - Setelah jalani tiga rangkaian pencegahan serangan jantung seperti medical check-up, CT-scan, hingga coronary angiografi ditemukan ada penyakit jantung koroner di tubuh seorang pasien, dokter akan melakukan stratifikasi risiko. Melihat sampai pada tahap mana pasien itu mengalami penyakit tersebut.

Bila tergolong ringan, dokter menyarankan pasien yang belum jalani pola hidup sehat agar segera melakukannya.

"Namun, seorang pasien yang menganggap sudah hidup sehat tapi ada penyakit jantung koroner, maka dokter akan meresepkan obat-obatan. Ini untuk penyakit jantung koroner yang masih ringan," kata Spesialis Jantung Pembuluh Darah Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, dr. Sony Hilal Wicaksono, Sp.JP kepada Health Liputan6.com di Ruang Mawar Executive Health Check Up RSPI-Pondok Indah ditulis Rabu (5/8/2015)

Sedangkan penyakit jantung koroner golongan sedang atau berat, lanjut Sony, akan dilakukan stratifikasi risiko apakah pasien itu terancam serangan jantung atau tidak.

Risiko serangan jantung rentan dialami penderita penyakit jantung koroner (PJK). Saat ini, PJK merupakan salah satu penyebab kematian utama. Tak hanya di negara maju, tapi juga di negara berkembang termasuk Indonesia (Andrian M Tunay)

"Dokter spesialis jantung membutuhkan data-data objektif untuk menilainya. Data itu bisa berupa hasil treadmil, hasil CT-scan, hasil calsium score atau MRI jantung," kata Sony.

Nanti, hasil dari data objektif itu menjadi bahan bagi dokter spesialis jantung memutukan akan mengarahkan pasien tersebut ke mana. "Apakah murni cukup obat-obatan saja. Apakah harus dipasang ring atau bahkan ke arah katerisasi untuk diagnostik lebih lanjut," kata Sony menerangkan.

Risiko serangan jantung rentan dialami penderita penyakit jantung koroner (PJK). Saat ini, PJK merupakan salah satu penyebab kematian utama. Tak hanya di negara maju, tapi juga di negara berkembang termasuk Indonesia. Sejumlah faktor turut andil sebagai faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Antara lain faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes militus, merokok, dan obesitas.

Ada juga faktor risiko yang tidak bisa diubah. Keturunan (genetik), usia, dan jenis kelamin.