Liputan6.com, London - Baru-baru para peneliti membantah temuan yang dipublikasikan ke dalam British Medical Journal yang menyebut konsumsi lemak berisiko pada kematian dini.
Usai melihat catatan kesehatan dari ratusan ribu pasien, mereka tidak menemukan hubungan antara konsumsi lemak jenuh dengan penyakit sistemik. Seperti jantung, stroke, atau diabetes tipe 2.
Sejak 1983 penduduk di Inggris diimbau agar memangkas konsumsi lemak. Tiga puluh persen dari total energi dan 10 persen untuk asupan lemak jenuh. Sementara jumlah karbohidrat yang diasup tidak diimbau untuk dikurangi.
Advertisement
Setelah melihat 12 studi sebelum ini yang melibatkan antara 90 ribu dan 340 ribu pasien di setiap penelitian, Akademisi di McMaster University, Hamilton, Kanada mengatakan, lemak jenuh tidak terlalu buruk untuk dikonsumsi. Dan tak ada hubungan juga dengan risiko kematian dini.
Namun, terlalu bodoh apabila individu di sana menafsirkan penemuan itu dengan mengonsumsi daging berlemak, krim keju dengan jumlah kalori yang tinggi, dan makan banyak terus menerus.
Broom, seorang profesor dari Robert Gordon University di Aberden mengatakan, inilah waktu yang tepat bagi pemerintah di Inggris untuk memahami bagaimana pola makan yang tepat dan baik untuk penduduk di sana.
Terlebih kondisi ini dapat terjadi bila tiap individu di sana memiliki berat badan berlebih. "Ciptakan bangsa yang lebih sehat dengan ide makan sehat yang sudah seharusnya diberlakukan," kata Broom dikutip dari situs Daily Mail, Rabu (12/8/2015)