Liputan6.com, Jakarta Secara alamiah tubuh memiliki kemampuan detoksifikasi. Karena gaya hidup individu modern berubah cukup drastis dan jauh dari bentuk kehidupan alami, efektivitas kemampuan detoksifikasi pun berangsur menghilang. Untuk itu, kita butuh waktu khusus untuk menjalani detoksifikasi.
Selain itu, jenis, cara, hingga pengaturan waktu makan yang tak tentu dapat menimbulkan tumpukan sampah dalam tubuh. Di sistem cerna, tumpukan tadi akan memenuhi usus besar, dan mengalami pengendapan dalam waktu tertentu.
Baca Juga
"Saat endapan ini membusuk, akan muncul gas yang menguap balik dan merusak sistem cerna dan sel tubuh. Kotoran yang tak terbuang pun akan menimbulkan semacam lapisan atau kerak di sepanjang dinding usus," kata Praktisi Kesehatan di bidang Food Combining, Erikar Lebang dalam buku Detoksifikasi : Membuang Tumpukan Racun Tubuh Secara Holistik dikutip Selasa (18/8/2015).
Advertisement
Jika kondisi semacam ini dibiarkan terlalu lama, akan merusak harmoni sistem cerna secara menyeluruh. "Tentu, fungsi kesehatan yang lebih besar pun terganggu," kata Erikar menambahkan.
Lebih lanjut, proses tubuh membuang kotoran lewat BAB pun sudah merupakan bentuk detoksifikasi secara alami. Namun, upaya ini mudah gagal apabila kualitas makanan tidak memudahkan proses ini.
Terlebih saat ini, cukup banyak individu yang kurang minum air putih, kurang makan makanan berserat, serta kerap mengonsumsi makanan dengan kandungan lemak tinggi atau berbasis protein, terlalu lama diproses, padat tepung-gula, minuman berbasis susu, kopi, teh, sirup, soda, dan alkohol."Itu semua adalah contoh tindakan pembentukan sampah yang sulit dikeluarkan tubuh," kata Erika Lebang.
Baca juga: