Liputan6.com, Riyadh Selama dua hari terakhir, Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh menjadi fokus pencegahan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dengan 18 kasus baru dan 3 kematian.
Sebelumnya, Departemen Kesehatan setempat menyatakan, pada Senin, ada dua kematian dan Selasa satu orang meninggal akibat MERS. Virus merenggut nyawa seorang pria dan wanita Saudi, 50 dan 56 tahun dan seorang pria asing 71 tahun.
Sejak Juni 2012, tercatat 1.115 kasus dengan 480 kematian dan 590 pasien di antaranya telah sembuh, dan 45 lainnya saat ini dalam perawatan di rumah sakit pemerintah atau di rumah.
Advertisement
Dengan begitu banyak kasus di Riyadh, pemerintah telah mengeluarkan imbauan bagi petugas kesehatan untuk berhati-hati saat menangani pasien yang diduga MERS.
Direktur eksekutif dari Pencegahan dan Pengobatan penyakit di Kementerian Pertahanan Nasional, Hanan Bint Hasan Al-Balki mengatakan, akses rumah sakit telah diberlakukan 24 jam untuk menangani gawat darurat dan rawat jalan.
"Kami telah mengalokasikan tiga bangsal isolasi khusus untuk menangani pasien MERS. Sebagai tindakan pencegahan, rumah sakit juga telah mengurangi jam besuk dan membatasi jumlah pengunjung ke bangsal pasien tersebut dirawat," katanya, dilansir Arabnews, Kamis (20/8/2015).
"Kami juga melakukan program untuk pengendalian infeksi di kalangan pejabat kesehatan, pasien dan pengunjung," katanya.
Juru bicara kementerian, Khalid Al-Mirghalani juga menekankan, telah mengintensifkan langkah-langkah pencegahan dengan memberikan program kesadaran staf umum dan rumah sakit untuk mencegah penyebaran virus.
Disamping itu, dia menyayangkan beberapa pihak seperti sejumlah pemilik unta yang enggan bekerja sama dengan pihak berwenang sehingga menghambat penanggulangan MERS.
Kendati demikian, dia mengatakan, Kementerian Pertanian juga telah dikerahkan untuk mengawasi rumah pemotongan hewan. Dia memperingatkan, orang harus memasak susu unta dengan benar sebelum dikonsumsi.