Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar wilayah seperti pulau Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur mengalami defisit air bersih karena pengelolaan sumber daya air yang kurang maksimal dan diperparah dengan populasi penduduk yang terus meningkat.
Pendiri dan pimpinan Indonesia Water Institute, Dr. Ir. Firdaus Ali, M.Sc bahkan mengatakan, kualitas air permukaan mulai mengalami penurunan yang memprihatinkan.
Baca Juga
"Diperkirakan kelangkaan sumber daya air bersih akan semakin buruk dengan prediksi musim kemarau berkepanjangan dan curah hujan yang menurun disebabkan oleh gejala penyimpangan pada suhu permukaan air laut di Pasifik atau dikenal sebagai fenomena El Nino di Indonesia," katanya dalam keterangan pers di Jakarta, ditulis Kamis (27/8/2015).
Advertisement
Pulau Jawa misalnya, merupakan pulau dengan defisit kebutuhan air bersih terbesar, yaitu -134.102 juta m3 setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan besarnya kebutuhan air bersih penduduk yang melebihi ketersediaan air bersih yang ada.
"Di pulau Jawa, ketersediaan air total 101.160,8 (juta m3). Namun pada musim kemarau hanya ada sekitar 25.290,2 (juta m3) dari kebutuhan total 65.839,1 (juta m3)," katanya.
Sebenarnya, kata dia, pulau Jawa telah mengalami defisit air sebesar 2,809 miliar m3, Sulawesi 9, 232 miliar m3, Bali 7,531 miliar m3 dan Nusa Tenggara Timur 1.343 miliar m3.
Begitupun dengan Pulau Nusa Tenggara. Ketersediaan air total adalah 42.156,0 (juta m3), namun pada musim kemarau hanya tersedia 4.215,6 (juta m3) dari kebutuhan air total 5.760,0 (juta m3).Â