Liputan6.com, Dili Di hari kedua pertemuan Komite Regional Badan Kesehatan Dunia (WHO), dibahas pengembangan kapasitas respon (upaya tanggap) untuk emergensi kesehatan seperti wabah ataupun bencana yang menimbulkan korban atau dampak kesehatan.
Direktur Regional WHO untuk kawasan Asia Tenggara, Dr Poonam Khetrapal Singh yang turut hadir mengatakan, negara anggota WHO Asia Tenggara diharapkan dapat meningkatkan kapasitas upaya pengelolaan risiko dan mempercepat kesiapan menghadapi epidemik dan pandemik, serta memastikan fasilitas kesehatan aman dan berfungsi baik jika terjadi bencana.
"Kawasan ini rentan terhadap bencana. Setiap bencana sebenarnya mengingatkan kita akan perlunya pengurangan risiko dan peningkatan kesiapsiagaan, sebagai suatu fungsi penting kesehatan masyarakat yang perlu menjadi prioritas utama," kata Poonam melalui keterangan pers di Dili, ibukota Timor Leste, Selasa (8/9/2015).
Menurut Poonam, mencegah dan melakukan upaya tanggap terhadap kedaruratan kesehatan adalah isu keamanan kesehatan global. Dan setiap negara harus berinvestasi pada kesiapsiagaan menghadapi bencana agar dapat melakukan upaya efektif ketika terjadi bencana alam, wabah penyakit, bencana kimia dan radiologi, dan jenis kedaruratan lain yang memberi dampak pada keadaan kesehatan masyarakat.
Selain itu, kata dia, pemerintah juga perlu mempercepat pengembangan kapasitas untuk mendeteksi, melaporkan dan mengendalikan masalah kesehatan masyarakat berdasar Peraturan Kesehatan Internasional atau International Health Regulations disingkat IHR (2005).
WHO memberi dukungan kepada negara-negara di kawasan ini untuk membangun kapasitas yang diperlukan guna penerapan IHR (2005), seperti menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan baik, surveilans yang efektif, pengawasan di pintu masuk negara, serta penerapan standar keamanan biologis (biosafety dan biosecurity) pada laboratorium. Kapasitas ini sudah lebih baik dengan adanya wabah Ebola dan MERS CoV.
Advertisement