Sukses

Perahu Antar Anak-anak Ini ke Sekolah

Perahu khusus tersebut, membawa para guru dari Cilacap ke Kampung Laut.

Liputan6.com, Jakarta Pagi itu, perahu bermesin dengan nama "Berkah Abadi" yang membawa para siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kampung Laut di kawasan Segara Anakan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tinggal beberapa meter lagi merapat di dermaga kecil.

Sebagian besar dari rombongan siswa masih duduk di dingklik, sebagian lainnya sudah beranjak ke bagian sisi perahu untuk bersiap mendarat, sedangkan Mukhlas Adi Saputra, salah satu di antara mereka mengambil dadung di ujung perahu "Berkah Abadi" untuk ditambatkan di satu perahu lainnya yang lebih dahulu berlabuh.

Satu perahu lainnya bertuliskan "SMA Negeri 1 Kampung Laut" telah tertambat di sisi lain dermaga kecil di depan Kantor Kecamatan Kampung Laut.

Perahu khusus tersebut, membawa para guru dari Cilacap ke Kampung Laut. Mereka telah meninggalkan perahunya untuk kemudian berjalan kaki sejauh sekitar 100 meter untuk mencapai sekolah.

Mukhlas dibantu saudara sepupunya yang sama-sama kelas XII SMA Negeri 1 Kampung Laut, Tewi Andreas Saputra, dengan cekatan menambatkan perahu.

Semua kawannya sambil terus bersendau gurau kemudian satu per satu meninggalkan perahu berlatar belakang warna cat biru tersebut. Mereka berjalan kaki menuju sekolah di belakang Kantor Kecamatan Kampung Laut.

Mukhlas dan Tewi, keduanya paling akhir meninggalkan perahu saat hari ketiga pada September 2015 itu, setelah mesin perahu dimatikan oleh operatornya, Lasimin.

2 dari 5 halaman

Antar setiap hari

Antar setiap hari

Perahu itu setiap hari membawa mereka melakukan perjalanan laut selama sekitar setengah jam dari dermaga Dusun Karang Anyar, Desa Ujung Gagak, Kecamatan Kampung Laut, ke dermaga di dekat sekolah.

"Ada dua perahu yang setiap hari membawa anak-anak ke sekolah," ucap Lasimin. Satu perahu berkapasitas sekitar 60 anak, sedangkan satu lainnya sekitar 20 anak. Anak-anak merogoh kocek masing-masing Rp3.000 untuk menaiki perahu menuju sekolah.

Kalau Darmanto, seorang operator perahu lainnya, mengaku membawa anak-anak dari Desa Ujung Alang ke sekolah itu, tiga hari berturut-turut setiap seminggu, untuk kemudian digantikan oleh petugas lainnya, Mardiyono, pada tiga hari kemudian.

Mereka mengoperasikan perahu bermesin dengan nama "Kharisma" milik warga Desa Ujung Alang, Isworo.

Tarif setiap anak dari Ujung Alang-Klaces, Ibu Kota Kecamatan Kampung Laut Rp4.000. Jumlah siswa yang bisa terangkut dengan perahu tersebut maksimal 60 anak.

"Kalau ada satu atau dua anak yang membayar Rp3.000, juga bisa kami maklumi," tutur Darmanto dalam bahasa Jawa logat Banyumasan.

Dalam cuaca dan kondisi laut Segara Anakan yang normal atau tenang, jarak tempuh dari dermaga di Ujung Alang hingga tambatan perahu di depan kantor kecamatan setempat selama sekitar 45 menit.

Sejumlah perahu bermesin lainnya juga menjadi langganan anak-anak kawasan Segara Anakan untuk sarana transportasi menuju sekolahnya.

Hingga anak-anak pulang sekolah sekitar pukul 13.30 WIB, para operator perahu itu menunggu di dermaga depan kantor kecamatan setempat.

3 dari 5 halaman

2 Jam tiap hari

2 Jam tiap hari

Begitu juga dengan Hendra Wreksono, operator perahu bermesin milik sekolah yang melayani rute dermaga navigasi di samping Pelabuhan Seleko, Cilacap menuju dermaga Kantor Kecamatan Kampung Laut dengan waktu tempuh antara 1,5 hingga dua jam setiap hari.

Ia juga menunggu para guru hingga selesai mengajar, untuk kemudian mengantar mereka dengan perahu ketiga bantuan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cilacap sejak 2007 berkapasitas maksimal 15 orang itu, kembali ke Cilacap.

Setiap hari, perahu sekolah berangkat dari Cilacap pukul 06.30 WIB, tiba di depan Kantor Kecamatan Kampung Laut sekitar pukul 08.00 WIB. Sekitar pukul 14.00 hingga 16.00 WIB, perahu sekolah menempuh rute Segara Anakan itu lagi hingga Cilacap.

Jika turun hujan, hal itu menjadi salah satu persoalan tersendiri untuk mereka dalam menempuh perjalanan laut menggunakan perahu, sedangkan pada umumnya ketinggian gelombang relatif stabil. Hendra menyebut rata-rata ketinggian air laut Segara Anakan setengah meter.

Umumnya, kata Mukhlas, kawan-kawannya tetap berangkat ke sekolah menggunakan perahu-perahu tersebut meskipun sedang turun hujan. "Kalau hujan, pakaian bisa basah sampai di sekolah," ujar Mukhlas.

Air laut yang surut lebih sering dihadapi para siswa dan guru untuk melakukan perjalanan dengan perahu-perahu itu, baik menuju sekolah maupun kembali ke desa masing-masing.

"Yang sering terjadi adalah air surut. Kami harus menunggu dulu hingga pasang agar perahu bisa bergerak. Kalau hanya hujan, tetap berangkat," papar Tri Suprapto, salah seorang guru sekolah tersebut sejak 2005 hingga saat ini.

Mereka memang harus menyikapi secara arif dan legawa terhadap kondisi alam lautan Segara Anakan. Kehendak alam tidak bisa dilawan.

4 dari 5 halaman

Empat desa

Empat desa

Berdasarkan data Kantor Kecamatan Kampung Laut, warga setempat tercatat 17.066 jiwa atau 4.236 jiwa. Luas wilayah 14.221,80 hektare meliputi empat desa, yakni Klaces, Panikel, Ujung Gagak, dan Ujung Alang, dengan 17 dusun.

Sebagian kecil anak Kampung Laut menempuh sekolah menengah atas dan sederajat di daratan Cilacap. Di setiap desa di Kampung Laut sudah ada sekolah dasar, sedangkan sekolah menengah pertama berjumlah dua unit, masing-masing di Karang Anyar, Desa Ujung Gagak dan Motean, Desa Ujung Alang.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kampung Laut, satu-satunya SMA di kecamatan itu dengan jumlah siswa saat ini 242 anak, meliputi kelas X dan XI masing-masing empat ruang dan kelas XII dua ruang, sedangkan jumlah guru 22 orang dan pegawai tata usaha serta karyawan lainnya tujuh orang.

"Semangat anak-anak untuk bersekolah memang patut disambut positif. Mereka setiap hari menggunakan perahu untuk mencapai sekolah ini," kata guru mata pelajaran seni dan budaya SMA Negeri 1 Kampung Laut yang juga warga Desa Klaces, Nano Triyono.

Tri Suprapto mengemukakan tentang pentingnya perhatian lebih utama terhadap semangat para siswa untuk bersekolah, meskipun kondisi alam setempat yang berupa lautan tak bisa dipungkiri, harus mereka tempuh setiap hari.

"Itu hal yang sudah pasti kalau mereka harus menggunakan perahu untuk mencapai sekolahnya. Lingkungan alam memang mengharuskan demikian. Akan tetapi, hal yang lebih utama adalah menumbuhkan terus-menerus semangat anak-anak untuk ke sekolah dan belajar semaksimal mungkin," katanya.

Tuntutan capaian pendidikan untuk anak-anak Kampung Laut dengan mereka yang bersekolah di kota-kota, sebagai hal yang tidak bisa digeneralisasi secara gampang.

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cilacap, katanya, sepertinya juga menempuh kebijakan khusus terkait dengan kegiatan belajar mengajar di Kampung Laut, termasuk salah satunya pengadaan bantuan perahu sekolah untuk SMA Negeri 1 Kampung Laut.

"Dari dinas ada dukungan bantuan transportasi untuk para guru ke Kampung Laut," ungkapnya.

5 dari 5 halaman

Perubahan sikap hidup

Perubahan sikap hidup

Setelah 10 tahun mengabdikan diri sebagai guru sekolah itu, Tri pun mengaku merasakan terjadinya perubahan sikap hidup masyarakat, terutama kesadaran mereka terhadap pentingnya pendidikan anak-anak mereka.

Ia juga bercerita tentang situasi pada era awal sekolah itu berdiri yang antara lain umumnya para siswa berusia lebih tua daripada lazimnya murid SMA di kota. Belum lagi, tentang kondisi emosional mereka yang seringkali mudah meledak dan tak jarang masih suka menenggak minuman keras.

"Sekarang tidak ada lagi siswa yang sekolah sambil mabuk. Anak-anak semakin halus budi pekertinya. Mereka menyalami para guru setiap kami datang," timpal Tri yang juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Negeri 1 Kampung Laut itu.

Sebagaimana para guru lainnya, Tri juga mengakui adanya panggilan hati untuk pendidikan anak-anak Kampung Laut. Para guru menemukan spirit tersendiri untuk mengabdi secara tulus dan seoptimal mungkin dalam dunia pendidikan di kawasan Segara Anakan itu.

Pengabdian tiada tara para guru itu nampak seimbang dengan semangat belajar para siswa Kampung Laut. Bergerak dengan perahunya ke sekolah. Hari Atmoko/Ant