Liputan6.com, Jakarta Banyak masyarakat awam menganggap kata `nyeri akut` dan `nyeri kronis` tepat untuk menggambarkan tingkat keparahan rasa nyeri. Ternyata bukan seperti itu.
Menurut dokter spesialis anestesi yang juga Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi Intensif (PERDATIN), Dwi Pantja Wibowo kedua jenis nyeri ini sebenarnya tidak terkait dengan derajat keparahan melainkan tentang rentang waktu.
"Nyeri akut yakni nyeri yang terjadi dengan segera atau waktu yang singkat. Sedangkan nyeri kronis merupakan nyeri yang sudah terjadi bertahun-tahun, sudah lama dan menetap," jelas dokter Pantja di Journalist Class yang digelar oleh Pfizer di Jakarta pada Selasa (8/9/2015).
Advertisement
Untuk nyeri akut pada saat sakit kepala akan reda dengan `one shot` atau satu kali makan obat antinyeri yang dijual bebas seperti ditambahkan dokter spesialis saraf dari Siloam Hospital, Rocksy Fransica Vidiaty.
Lalu, pada saat nyeri kronis bisa jadi sudah ada kerusakan pada saraf seperti dikatakan dokter Pantja.
Ketika nyeri sudah hadir, jangan dibiarkan. Ini merupakan alarm bagi tubuh untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh.