Liputan6.com, New York- Orang yang agresif dan antisosial ternyata cenderung memiliki irama jantung yang lebih lambat dibandingan rata-rata orang di kala istirahat. Detak jantung waktu istirahat di bawah 60 kali per menit ini bisa memprediksi orang tersebut melakukan tindak kejahatan.
Menurut peneliti, orang dengan detak jantung waktu istirahat (saat biasa bukan berolahraga atau pascaolahraga) yang lebih rendah dapat menahan banyak stres dan tak masalah bila melakukan sesuatu berisiko.
Baca Juga
Hal ini diketahui setelah peneliti dari University of Helsinki Finlandia melakukan studi terkait antara detak jantung dengan sifat umum pelaku tindakan kriminal yakni kekerasan dan perilaku antisosial. Peneliti menggunakan data 710.264 pria Swedia yang lahir antara 1958-1991.
Advertisement
Penghitungan detak jantung dilakukan ketika 18 tahun, usia ini dianggap para pria mulai melakukan tindakan kriminal. Kemudian tim melakukan perbandingan antara pria yang pernah melakukan tindakan kriminal dan tidak.
Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang jelas antara denyut jantung istirahat dan tindakan kriminal. Pria yang memiliki detak jantung istirahat yang rendah, 39 persen lebih mungkin dihukum karena kejahatan yang melibatkan kekerasan, 25 persen lebih mungkin diuhukum karena kejahatan non kekerasan dan 39 persen alami cedera akibat serangan.
"Ada beberapa mekanisme yang mendasari hubungan ini. Bisa jadi mereka yang memiliki detak jantung istirahat yang rendah mencari rangsanga ekstrim untuk meningkatkan detak jantungnya," tutur peneliti utama, Antti Latvala seperti dikutip laman Time, Kamis (10/9/2015).