Liputan6.com, Jakarta Untuk pengendalian malaria, Indonesia masih mengimpor obat Artemisinin dari luar negeri. Untuk itu, Kementerian Kesehatan tengah melakukan pendekatan penelitian dan pengembangan produk obat malaria.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, pengembangan bahan baku obat malaria Artemisinin dari tanaman Artemisia annua didahului dengan penelitian Riset Tanaman Obat dan Jamu.
"Untuk sekitar 2 juta kasus Malaria di Indonesia, diperlukan obat Artemisinin sebanyak 900 kg yang dihasilkan dari 450 ton simplisia kering dan diperoleh dari 100 hektar tanaman Artemisia annua," katanya melalui keterangan pers, Rabu (16/9/2015).
Advertisement
Menkes menambahkan, sejak 2012, Indonesia telah memulai terobosan inovasi dalam bentuk Konsorsium Riset yang melibatkan akademisi, institusi penelitian milik pemerintah, dan industri untuk mempercepat mendapatkan hasil dengan efisien.