Liputan6.com, Bandung Kementerian Kesehatan mengawasi kepulangan jemaah haji di Bandung, Jawa Barat demi menyosialisasikan pencegahan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), Kementerian Kesehatan mengawasi kepulangan jemaah haji di Bandung, Jawa Barat.
Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra dr. Wiendra Woworuntu mengatakan, pengawasan tahun ini telah dilakukan di bandara dan asrama haji debarkasi, serta melakukan pemantauan terhadap K3JH (Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji) bersama dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
Baca Juga
"Kita menguji kesiapan aparat di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat baik lintas sektor maupun lintas program akan risiko penularan MERS CoV pasca kepulangan jamaah haji dalam beberapa skenario, baik melalui jamaah yang terjangkit dan terdeteksi di pintu masuk, maupun yang terdeteksi di wilayah yang ditemukan baik oleh Dinkes maupun terdeteksi oleh Rumah Sakit," katanya, seperti ditulis dalam keterangan pers, Senin (28/9/2015).
Advertisement
Menurut Wiendra, strategi kesiapsiagaan antisipasi penyebaran MERS-CoV ke Indonesia dilaksanakan
melalui penguatan koordinasi lintas program dan lintas sektor, advokasi dan sosialisasi, surveilans di pintu masuk ke Indonesia, surveilans di Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rumah Sakit, penguatan jejaring laboratorium, komunikasi risiko, penguatan kapasitas, tata laksana kasus dan Pengendalian Infeksi dan Peningkatan pemantauan di pintu masuk negara (bandara, pelabuhan dan PLBDN).
Berbeda denga SARS
Berbeda denga SARS
MERS – CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012 di Arab Saudi. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok corona virus (novel corona virus), namun berbeda dengan virus SARS pada tahun 2003.
Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki penyakit ko-morbid/penyerta. Masa inkubasi penyakit ini adalah 2-14 hari. Virus MERS-CoV dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia di komunitas yang berkelanjutan.
Kemungkinan penularannya dapat secara langsung melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin, maupun tidak langsung melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
Menurut data WHO jumlah kasus sampai 25 September 2015 sejak sejak November 2012 berjumlah 1.570 kasus, 555 kematian (CFR: 35,3%). Wilayah terjangkit meliputi 26 negara. Sejauh ini belum ada Warga Negara Indonesia yang positif terinfeksi MERS-CoV dan dirawat (berada) di Indonesia.
Advertisement