Liputan6.com, Jakarta Memilah milih biji kopi untuk membuat secangkir kopi yang enak boleh-boleh saja. Tapi untuk menjadi sebuah minuman kopi yang enak, tak hanya tegantung pada pilihan biji kopinya, tapi juga pada hati si pembuatnya. Erbe Sentanu, penulis buku best seller Quantum Ikhlas yang juga Duta Kopi Gayo tahun 2013, memaparkan hal tersebut dalam acara “Mindful Ngupi” yang digelar oleh Komunitas Indonesia Berhati di Le Seminyak Resto & Cafe, Jakarta, Minggu (27/9) lalu.
Acara ini digelar sekaligus untuk menyambut pencanangan Hari Kopi Internasional yang jatuh pada 1 Oktober. Pencanangan itu sendiri disepakati oleh 74 anggota dari Organisasi Kopi Internasional (ICO) dan 24 asosiasi kopi dari seluruh dunia beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Menurut Erbe, suasana hati sangat berpengaruh pada hasil dari apa pun yang kita kerjakan, termasuk membuat secangkir kopi. “Ketika hati kita bahagia, maka energi kebahagiaan itu akan ikut mengalir melalui saraf jemari kita menuju ke apa pun yang kita sentuh atau pegang,” katanya. Itu sebabnya, sentuhan ibu yang sedang senang akan dirasakan berbeda oleh bayinya dengan ketika si ibu sedang marah.
Advertisement
Sementara itu, pakar kopi dan blogger, Toni Wahid, dalam acara yang sama berbagi tentang kopi “gelombang ketiga” alias third wave coffee. Ia mengajak peserta untuk menghargai dan mensyukuri kopi yang dimiliki oleh Indonesia dengan mulai membuat kopi sendiri di rumah, mulai dari menggiling dan menyeduhnya.
Istilah third wave coffee muncul untuk menandai sebuah fase mulai tertariknya para peminum kopi terhadap kopi itu sendiri. Mereka lebih peduli dari biji kopinya, proses pengolahan hingga penyajian, termasuk ritual minumnya. Jadi, bukan asal minum dan asal pilih kopi. “Kalau first wave mengedepankan kepraktisan, second wave mengedepankan pemasaran, sementara third wave mengedepankan kopi itu sendiri,” papar Toni.